KH. M. Miftahuurus Anwar, berceramah di hadapan seribuan Fatayat NU di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.(MI/Supardji Rasban)
PENGURUS Pusat (PP) Fatayat NU terus berkiprah untuk mengentaskan kemiskinan sampai ke akar rumput. Seperti yang dilakukan Pengurus Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Jateng). Realisasi program pengentasan kemisikinan ini, dilakukan berbarengan dalam rangkaian masih suasana memeringati Hari Santri Nasioanl.
Bertempat di halaman Madrasah Hidayatul Mubtabidin di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, puluhan kaum dhuafa dari desa setempat, mendapat bingkisan paket sembako. Tak hanya itu, mereka juga menerima sejumlah uang dari seorang donatur Desa Pakijangan, Zaenudin Karmo Ali.
Acara yang mengusung tema "Dengan Program Mustika Darling Kita Tingkatkan Sedekah Guna Mengentaskan Kemiskinan Ekstrem" ini dihadiri seribuan Fatayat NU. Acara ini juga diisi ceramah dari KH. M. Miftahusurur Anwar, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Anwar dan budayawan Pantura Atmo Tan Sidik, keduanya berasal dari Desa Pakijangan serta KH. Syamsuddin Uzair dari Kecamatan Bulakamba.
Dalam ceramahnya, KH Miftahusurur, mengingatkan umat Islam khususnya Fatayaan NU agar dalam kehidupan keseharian, tidak sekadar ibadah terutama dalam menunaikan salat lima waktu hanya secara formal tapi juga harus dilaksanakan dengan khusuk.
"Lebih dari itu juga berperilaku dengan hati nurani yang diwujudkan dengan perilaku keseharian. Jadi tidak sekadar omongan belaka," ujar KH. Miftah, yang dalam ceramahnya diselingi humor yang menyegarkan sehingga para audiens sesekali tertawa.
Ketua PAC Fatayat NU Kecamatan Bulakamba, Sofuah didampingi Ketua Pengurus Anak Ranting (PAR) Desa Pakijangan, Siti Mas'anah, menyampaikan, jika pemberian santuan bagi kaum dhuafa merupakan bagian dari program pengentasan kemiskinan PP Fatayat NU. "Kami yang di daerah yang merupakan Fatayat NU akar rumput ini berkewajiwan untuk merealisasikan," ujar Sofuan, Minggu (26/10).
Budayawan Atmo Tan Sidik, memandang pengajian yang dilaksanakan Fatayat NU ini, merupakan respons dari semangat memperingati Hari Santri Nasional, yang bisa menumbuhkan ghiroh atau semangat keagamaan. "Dimana sejumlah elemen masyarakat termasuk kaum dhuafa terlibat untuk saling membantu dengan porsi masing-masing," ujar Atmo Tan Sidik. (E-2)


















































