
PUTRA Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta, KGPAA Hamengkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, tidak akan meminta maaf atas unggahan story Instagram miliknya. Sebelumnya unggahan KGPAA Hamengkunegoro berbunyi 'Percuma gabung Republik' di Insta Story menghebohkan publik di dunia maya beberapa hari terakhir ini.
Ia mengaku mempunyai alasan kuat di balik narasi yang ia unggah. Narasi itu telah mengungkapkan penyesalan bergabungnya Keraton Kasunanan ke dalam Republik Indonesia. Selain itu, ia juga punya alasan untuk narasi kedua yang ia unggah. Narasi itu berbunyi 'Percuma Republik Kalau Cuma untuk Membohongi'.
Lewat pernyataan tertulis yang dibacakan oleh Pangageng Sasana Wilopo Keraton Kasunanan, KPH Dani Nur Adiningrat, putra mahkota mengaku bahwa unggahannya di Instagram itu tidak lepas sebagai penyikapan atas perkembangan situasi terkini.
"Khususnya terkait pemberitaan mengenai kasus Pertamina, yang telah menimbulkan kekecewaan luas di masyarakat, termasuk bagi saya sebagai bagian generasi muda," ungkap mahasiswa S2 jurusan ilmu politik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Senin (3/3).
Dia paparkan, ekspresi kekecewaannya ditiangkan dalammunggahan lewat akun Instagram pribadi, salah satunya terkait penyesalan bergabung dengan Republik.
Menurut pria bernama asli KGPH Purbaya ini, pernyataannya itu bukan sebagai cerminan dari hilangnya semangat nasionalisme, patriotisme, atau jiwa bela negara dari dirinya.
"Melainkan suatu bentuk kritik dan sindiran terhadap penyelenggara negara saat ini," lugas putra Pakubuwono (PB) XIII yang dikenal dekat dengan Wapres Gibran Rakabuming Raka ini.
Alumnus Cumlaud Jurusan Hukum Universitas Diponegoro Semarang itu juga menambahkan, maksud dari unggahannya adalah untuk menyoroti tata kelola pemerintahan saat ini yang jauh dari harapan leluhur Keraton Kasunanan Surakarta yang turut andil besar dalam perjuangan kemerdekaan dan berdirinya NKRI.
Dia melatarbelakangi, bahwa story Instagram yang bersifat satire itu sebagai sikap kebatinan mendalam. Hal itu mengingat fakta sejarah bahwa leluhurnya memiliki kontrobusi yang besar dalam perjuangan kemerdekaan.
"Di antaranya PB VI dan PB X yang sudah diakui sebagai pahlawan nasional, dan PB XII yang sukarela menggabungkan negeri yang berdaulat dalam NKRI, bahkan menyerahkan harta benda dan kekuasaannya demi tegaknya NKRI yang pada saat itu masih tahap awal pembangunan," kata dia.
Yang jelas, ia mengaku merasa kecewa mendalam terhadap tata kelola pemerintahan saat ini yang dianggapnya menyimpang dari nilai- nilai perjuangan para pendiri bangsa.
Penyelenggara negara dinilai tidak mengindahkan kepentingan rakyat, menunjukkan kurangnya rasa tanggung jawab terhadap amanah sejarah dan pengorbanan para pendahulu.
"Seharusnya para pemimpin negara memiliki kesadaran moral dan etika dalam mengelola pemerintahan demi kepentingan rakyat banyak," sambung dia.
Karena itu, sekali lagi ia menegaskan, bahwa unggahan di Instagramnya merupakan bentuk ekspresi kekecewaan dan sekaligus kritik terhadap kondisi pemerintahan saat ini.
Bahkan, ia mengajak seluruh generasi muda untuk meningkatkan kesadaran terhadap sejarah, dan berperan aktif dalam mengisi kemerdekaan, dengan kebijakan serta tindakan yang bijaksana demi masa depan yang lebih baik.
Pada penutup, Kanjeng Dani menyitir putra mahkota, bahwa meski dirinya dekat dengan Wapres Gibran, bukan berarti ia tidak berani melakukan kritik. "Ini demi kebaikan pemerintah yang dia cintai, dan demi masa depan Indonesia yang lebih baik," pungkas Dani menirukan Hamengkunegoro. (WJ/E-4)