Uban Bukan Tanda Tua, Tapi Masalah 'Koordinasi' Sel Rambut, Kata Ilmuwan

1 day ago 7
Uban Bukan Tanda Tua, Tapi Masalah 'Koordinasi' Sel Rambut, Kata Ilmuwan Ilustrasi(freepik)

UBAN sering kali muncul lebih awal dibanding tanda penuaan lain pada tubuh. Rambut tetap tumbuh normal, namun kehilangan warnanya karena perubahan di dalam folikel rambut

Hal ini bukan karena tubuh menua secara keseluruhan. Namun, karena gangguan pada mekanisme di folikel tempat sel induk pigmen, sel induk melanosit (McSCs), seharusnya bergerak keluar, menerima sinyal, dan berubah menjadi melanosit penghasil warna. 

Ketika sel-sel tersebut berhenti bergerak sesuai jadwalnya, tahap pewarnaan rambut terlewat, meskipun rambut masih tumbuh. “Studi kami menambah pemahaman dasar tentang bagaimana sel induk melanosit bekerja untuk mewarnai rambut,” kata peneliti utama Qi Sun, PhD, dari NYU Langone Health. 

Temuan ini menunjukkan kemungkinan posisi tetap sel punca melanosit yang sama juga terjadi pada manusia. Jika demikian, hal ini membuka peluang untuk membalikkan atau mencegah uban dengan membantu sel-sel yang terhambat agar kembali bergerak di dalam folikel rambut yang sedang berkembang.

Sel folikel dan uban

Di dalam folikel rambut, terdapat dua lingkungan utama yang memengaruhi pewarnaan. Sel induk rambut mengirim sinyal kimia yang mengarahkan sel induk pigmen untuk menjadi melanosit. 

Sementara itu, tonjolan pada folikel menjadi tempat aman bagi sel yang belum menerima pesan untuk memproduksi warna. Dalam kondisi normal, sel punca akan bergerak dari tonjolan ke area folikel rambut tepat ketika rambut baru mulai tumbuh. 

Di sana, sel menerima sinyal dari protein WNT, berubah menjadi sel induk melanosit (mcSCs), dan menghasilkan pigmen untuk rambut baru. Setelahnya, sebagian sel kembali ke keadaan seperti sel induk untuk siklus berikutnya.

Bagaimana penelitian dilakukan

Para peneliti mengamati proses ini secara langsung melalui pencitraan jangka panjang dan pengurutan RNA sel tunggal pada beberapa siklus pertumbuhan rambut tikus. Mereka memetakan posisi setiap sel dan pesan genetik yang dibacanya. 

Ketika pertumbuhan rambut dipaksa berulang kali, semakin banyak sel pigmen yang tertinggal di tonjolan, kehilangan paparan sinyal WNT, gagal matang, dan akhirnya menimbulkan uban.

Dengan kata lain, posisi sel menentukan sinyal yang diterima. Sinyal itu memicu keputusan sel, dan keputusan tersebut menentukan warna rambut atau uban jika rantai prosesnya terputus.

Lokasi, pergerakan, dan waktu

Penemuan ini mengubah pandangan tentang proses munculnya uban. Waktu memang berperan, tetapi bukan seperti jam hitung mundur, melainkan terkait dengan gerakan sel pada saat yang tepat. 

Sel induk pigmen harus melakukan perjalanan sesuai jadwalnya. “Hilangnya fungsi seperti bunglon pada sel induk melanosit mungkin menjadi penyebab munculnya uban dan hilangnya warna rambut,” ujar peneliti senior Mayumi Ito, PhD, dari NYU Langone Health.

Jika kemampuan adaptif itu hilang, rambut akan tetap tumbuh sehat. Namun, tumbuh tanpa warna, karena tahap pewarnaan tidak terjadi.

Keterbatasan studi

Para ilmuwan menegaskan penelitian ini masih memiliki batasan. Stres bukan satu-satunya penyebab uban, dan sekadar mengaktifkan sel punca tidak cukup. 

Sel-sel folikel yang beruban dapat tetap ada, namun gagal berfungsi jika tidak mencapai sinyal yang tepat. Oleh sebab itu, penelitian masa depan perlu berfokus pada membantu sel bergerak tepat waktu atau memperkuat sinyal di dalam folikel, bukan sekadar memicu pertumbuhan secara acak.

Walaupun penelitian ini dilakukan pada tikus, folikel rambut manusia memiliki struktur yang serupa. Karena itu, ada dua jalur potensial untuk dieksplorasi: memulihkan perjalanan sel punca pigmen agar sampai ke benih rambut pada waktu yang tepat, dan menyesuaikan sinyal lokal agar sel dapat menerima pesan dengan jelas untuk menjadi McSCs. 

Pengaturan waktu dan keseimbangan sangat penting. Terlalu banyak sel yang matang bisa menguras cadangan, sedangkan terlalu sedikit tidak menimbulkan efek.

Memperbaiki sel uban di dunia nyata

Tujuan penelitian bukanlah mengubah warna rambut secara permanen, tetapi menjaga ritme alami pewarnaan. Sebagian sel mewarnai rambut yang tumbuh sekarang, sementara sebagian lain mengatur ulang untuk siklus berikutnya. 

Prinsip dasarnya sederhana: sel membaca lingkungan sebelum bertindak. DNA menyediakan potensi, sementara lingkungan di dalam folikel menentukan pilihan yang diambil.

Pada rambut beruban, lingkungan di dalam folikel berubah seiring waktu dan ruang. Ketika sel tidak mencapai titik dan waktu yang tepat, pesan pewarnaan hilang dan rambut tumbuh tanpa pigmen. Penelitian ini belum menawarkan obat, tetapi memberikan peta yang menjelaskan bagaimana proses tersebut terjadi.

Jika penelitian lanjutan pada manusia menemukan pola yang sama, ilmuwan dapat mencoba cara untuk memperlancar pergerakan sel atau memperkuat sinyal pewarnaan, tanpa mengganggu sistem alami folikel. Tantangannya adalah menjaga keseimbangan agar sel tetap fleksibel dan dapat berfungsi dalam jangka panjang.

Dengan demikian, uban bukanlah tanda rambut yang rusak atau lemah. Rambut masih tumbuh normal, yang terhambat hanyalah perjalanan sel di dalam folikel. Jika keterhambatan itu bisa diatasi, warna rambut mungkin dapat kembali. Untuk saat ini, uban bukanlah misteri, melainkan persoalan waktu dan koordinasi yang sedang dipelajari sains. (earth/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |