Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.(Dok. AFP)
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan tidak ada hal yang akan menggagalkan gencatan senjata di Jalur Gaza. Hal itu diutarakannya meski Israel melancarkan serangan udara ke wilayah Palestina pada Selasa (28/10) dan menuduh Hamas melanggar kesepakatan tersebut.
“Tidak ada yang akan mengancam gencatan senjata,” ujar Trump, Rabu (28/10).
“Mereka membunuh seorang tentara Israel. Jadi Israel membalas dan mereka memang seharusnya membalas,” lanjutnya.
Serangan udara Israel itu menewaskan sedikitnya 38 orang dan melukai puluhan lainnya, menurut data badan pertahanan sipil Gaza.
Rumah sakit utama di wilayah itu, Al-Shifa, melaporkan salah satu serangan menghantam area belakang fasilitas medis tersebut. Rumah Sakit Al-Awda menyebut menerima sejumlah jenazah, termasuk empat anak-anak, yang tewas akibat pemboman di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza Tengah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya memerintahkan serangan besar-besaran setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh Hamas menyerang pasukan pertahanan Israel (IDF) di Gaza.
Namun, Hamas menepis tuduhan tersebut dan menegaskan tetap mematuhi gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat.
“Gerakan ini tidak memiliki keterlibatan dengan insiden penembakan di Rafah dan berkomitmen terhadap kesepakatan gencatan senjata,” kata pernyataan resmi Hamas.
Wakil Presiden AS JD Vance juga menegaskan kesepakatan damai masih berjalan. Dia menilai perkembangan terbaru tersebut hanya sebatas bentrokan kecil.
Perselisihan mengenai pengembalian sisa jenazah sandera menjadi isu sensitif yang mengancam keberlangsungan gencatan senjata yang diberlakukan sejak 10 Oktober. Hamas menunda penyerahan jenazah sandera yang seharusnya diserahkan pada Selasa lantaram eskalasi serangan Israel menghambat proses pencarian dan evakuasi.
Sementara itu, Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan dengan menyerahkan potongan jenazah yang sebelumnya sudah dikembalikan dua tahun lalu.
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang mendesak pemerintah Israel untuk bertindak dan menuding Hamas mengetahui lokasi jenazah para sandera yang tersisa. Namun, juru bicara Hamas, Hazem Qassem, membantah tuduhan itu.
“Gerakan ini bertekad menyerahkan jenazah tawanan Israel secepat mungkin setelah ditemukan. Tetapi pemboman besar-besaran Israel selama dua tahun telah menghancurkan banyak lokasi dan membuatnya sulit diidentifikasi,” ujarnya.
Hamas sebelumnya telah mengembalikan seluruh 20 sandera yang masih hidup sesuai dengan perjanjian gencatan senjata.
Meski gencatan senjata masih berlaku secara resmi, kekhawatiran akan kembalinya perang semakin meningkat di lapangan.
“Sekarang mereka menuduh Hamas menunda dan itu bisa menjadi alasan untuk memulai perang lagi,” kata warga Gaza berusia 60 tahun, Abdul-Hayy al-Hajj Ahmed. (Z-10)


















































