
KEPUTUSAN pemerintahan Trump melarang Universitas Harvard menerima mahasiswa internasional dikecam Tiongkok.
"Tiongkok secara konsisten menentang politisasi kerja sama pendidikan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Jumat, seraya menambahkan langkah AS tersebut “hanya akan mencoreng citra dan reputasinya sendiri di dunia.”
Beberapa komentator di media sosial Tiongkok mengambil sikap serupa: “Lucu melihat mereka menghancurkan kekuatan mereka sendiri,” bunyi sebuah komentar di platform Weibo (mirip X) yang mendapat ratusan tanda suka.
“Trump datang menyelamatkan lagi,” tulis komentar lain pada sebuah tagar tentang berita ini, yang telah dilihat puluhan juta kali. “Merekrut mahasiswa internasional adalah cara utama menarik talenta terbaik! Setelah jalan ini diputus, apakah Harvard masih akan menjadi Harvard yang sama?”
Pengumuman dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) ini menjadi eskalasi jelas dalam perselisihan antara institusi Ivy League tertua dan terkaya itu dengan Gedung Putih. Ini merupakan bagian dari upaya luas untuk memperketat pengawasan terhadap mahasiswa internasional di AS dalam gelombang pengetatan imigrasi. Pemerintahan Presiden Donald Trump telah mencabut ratusan visa mahasiswa hampir di seluruh penjuru negeri sebagai bagian dari pengetatan besar-besaran.
Selama bertahun-tahun, Tiongkok mengirimkan lebih banyak mahasiswa ke AS dibandingkan negara lain mana pun. Hubungan pendidikan yang mendalam itu kini dibentuk ulang oleh persaingan geopolitik yang meningkat.
“Pemerintahan ini menuntut Harvard bertanggung jawab atas pemicu kekerasan, antisemitisme, dan koordinasi dengan Partai Komunis Tiongkok di kampusnya,” kata Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem dalam pernyataan, Kamis.
Pernyataan DHS tersebut mencakup klaim tentang hubungan antara Harvard dan lembaga atau individu Tiongkok yang terkait penelitian militer, serta dengan entitas yang masuk daftar hitam oleh pemerintahan Trump atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Pernyataan itu juga mencantumkan tautan ke surat yang dikirim legislator bipartisan AS kepada Harvard awal pekan ini, yang meminta informasi tentang dugaan “kemitraan dengan musuh asing.”
‘Syok total’
Kemampuan universitas elite Amerika untuk merekrut mahasiswa terbaik dari seluruh dunia, telah lama dianggap sebagai faktor kunci dalam keunggulan ilmiah dan teknologi Amerika, sekaligus sumber utama pendapatan bagi universitas-universitasnya.
Keputusan DHS tidak hanya melarang Harvard menerima mahasiswa internasional untuk tahun akademik mendatang, tetapi juga mewajibkan mahasiswa asing yang saat ini terdaftar untuk pindah ke universitas lain agar tetap mempertahankan status visa mereka.
Mahasiswa internasional menyumbang lebih dari seperempat dari seluruh mahasiswa Harvard, dengan mahasiswa asal Tiongkok menjadi kelompok internasional terbesar, menurut data di situs Kantor Internasional Harvard.
Salah satu mahasiswa mahasiswa Harvard Kennedy School, Fangzhou Jiang, 30, khawatir apakah visanya masih berlaku. “Saya benar-benar syok selama beberapa menit. Saya sama sekali tidak menyangka pemerintah bisa sejauh ini,” kata Jiang, yang juga pendiri perusahaan konsultan pendidikan yang membantu mahasiswa asing masuk universitas elite AS. “Sejak kecil, saat bicara tentang universitas terbaik dunia, saya tahu itu adalah Harvard,” ujarnya.
Sekolah Ivy League seperti Harvard, Princeton, dan Yale merupakan nama rumah tangga di kalangan kelas menengah Tiongkok, di mana universitas Amerika telah lama dipandang sebagai jalan menuju pendidikan bergengsi dan keunggulan dalam persaingan karier yang ketat di Tiongkok.
Tiongkok adalah sumber mahasiswa internasional terbesar di AS selama 15 tahun berturut-turut sejak 2009, sebelum akhirnya disalip oleh India tahun lalu, menurut data dari Open Doors, basis data yang didukung Departemen Luar Negeri AS.
Selama waktu tersebut, hubungan pendidikan antara AS dan Tiongkok telah menciptakan kedekatan antara akademisi dan institusi kedua negara, dan universitas serta industri AS secara luas diuntungkan karena mampu menarik talenta terbaik dari Tiongkok dan negara lain.
Harvard telah mendidik tokoh-tokoh Tiongkok seperti mantan Wakil Perdana Menteri Liu He, yang berperan penting dalam negosiasi kesepakatan dagang fase satu Trump selama masa jabatan pertamanya.
Namun hubungan ini semakin diawasi dalam beberapa tahun terakhir karena AS mulai melihat Tiongkok yang makin tegas dan kuat sebagai saingan teknologi dan ancaman bagi statusnya sebagai negara adidaya.
Lebih dari 277.000 mahasiswa Tiongkok belajar di AS selama tahun akademik 2023–2024, turun dari lebih dari 372.000 pada puncaknya tahun 2019–2020. (CNN/Z-2)