
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami koreksi dalam pekan ini seiring meningkatnya tekanan dari faktor eksternal.
Katalis utama datang dari rencana kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan memberlakukan tarif baru sebesar 100% terhadap impor produk asal Tiongkok mulai 1 November. Langkah tersebut dinilai dapat memperburuk ketegangan perdagangan AS–Tiongkok dan meningkatkan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global. Serta, berpotensi menaikkan harga emas sebagai safe haven.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Hari Rachmansyah menilai tekanan eksternal berpotensi memicu aksi ambil untung (profit taking) dan mendorong arus keluar dana asing dari pasar saham domestik.
"IHSG diprediksi berpotensi koreksi menguji support di 8.150 dengan resistance terdekat 8.272," katanya dalam keterangan resmi, Senin (13/10).
Dalam situasi pasar yang rentan, Hari menyarankan investor untuk bersikap defensif dengan memprioritaskan saham-saham berfundamental kuat serta menerapkan strategi buy on weakness secara selektif.
Ia menambahkan potensi koreksi IHSG ini terjadi setelah sepanjang pekan lalu (6–10 Oktober 2025) berhasil menguat dengan mencatatkan rekor tertinggi (ATH) baru di level 8.272 pada Kamis 9 Oktober 2025. Rekor tertinggi baru ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi dalam negeri di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh penutupan sebagian pemerintahan AS dan gejolak harga komoditas.
“Meski investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp1,3 triliun, tekanan tersebut berhasil tertahan berkat kuatnya minat beli dari investor domestik, terutama pada saham-saham milik konglomerat,” ujarnya.
Hari pun merinci sejumlah sentimen dari global dan domestik yang membuat IHSG bergerak di zona positif pada pekan lalu.
Dari global, terang Hari, sepanjang pekan ini pasar saham AS mengalami koreksi cukup tajam di tengah berlanjutnya shutdown pemerintah yang menunda rilis data ekonomi resmi.Indeks S&P 500 turun sekitar 2,7%, Nasdaq merosot 3,5%, dan Dow Jones terkoreksi 1,9%, setelah pasar diguncang oleh meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan penerapan tarif impor baru terhadap Tiongkok.
Meski sempat mencetak rekor tertinggi di awal pekan berkat dorongan saham teknologi, tekanan jual kembali meningkat menjelang akhir pekan.
Pada pekan ini, fokus investor akan tertuju pada dimulainya musim laporan keuangan (earnings season) yang diawali oleh Citigroup dan JPMorgan, yang diperkirakan dapat menahan laju koreksi indeks.
"Namun secara keseluruhan, pasar AS masih berpotensi melanjutkan pelemahan secara mingguan di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal dan tensi perdagangan yang meningkat," ucap Hari.
Sementara itu dari domestik, jelasnya, sejumlah isu domestik diperkirakan akan memengaruhi pergerakan pasar Indonesia. Pemerintah berencana mengalihkan sisa dana Rp15 triliun yang belum terserap, terutama dari BTN yang baru menyalurkan sekitar 19%, ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk memperkuat likuiditas sektor perbankan di daerah. (Z-2)