
SEJARAH bukan sekadar peristiwa masa lalu, tetapi menjadi fondasi penting bagi perjalanan maupun jati diri bangsa. Arti penting sejarah menjadi perhatian serius Dr. Sumardiansyah Perdana Kusuma, M.Pd., seorang pendidik, akademisi, dan aktivis organisasi profesi guru.
Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) ini terus konsisten menyuarakan pentingnya mata pelajaran sejarah sebagai muatan wajib dalam kurikulum nasional.
Di 2020, Sumardiansyah menolak keras kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di bawah Menteri Nadiem Anwar Makarim yang ingin menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran pilihan di SMA dan menghapuskannya di SMK.
Menurut Sumardiansyah, penurunan posisi sejarah menjadi mata pelajaran pilihan di jenjang SMA dan penghilangan di SMK dalam draf penyederhanaan kurikulum, merupakan langkah yang berpotensi melemahkan karakter bangsa. Karena itu, Sumardiansyah konsisten memperjuangkan agar sejarah dikembalikan sebagai mata pelajaran wajib.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kesadaran sejarah, sedangkan bangsa yang mengalami amnesia sejarah akan menjadi bangsa yang kehilangan arah dan terkikis jati dirinya, mustahil membangun karakter bangsa dan mewujudkan manusia Indonesia tanpa memiliki kesadaran sejarah,” tegas guru kelahiran Depok, 1 November 1987 itu, Senin (13/10).
Sebagai Presiden AGSI, Sumardiansyah bersama jajarannya aktif memberikan masukan kepada pemerintah maupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar memasukan mata pelajaran sejarah sebagai muatan wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
“Kami ingin memastikan sejarah tetap menjadi pilar utama pendidikan nasional, bukan sekadar pelengkap,” ujarnya.
Tidak hanya memperjuangkan mata pelajaran sejarah, Sumardiansyah juga dikenal sebagai sosok yang gigih membela hak-hak guru.
Bersama PGRI, ia turut aktif menyuarakan agar guru di seluruh Indonesia memperoleh kesejahteraan yang layak, antara lain memperjuangkan pengangkatan guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), mendorong lahirnya RUU Perlindungan Guru dan Komisi Perlindungan Guru Indonesia, serta menolak keras penghapusan Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan dosen dalam draf RUU Sisdiknas.
“Guru bukan hanya tenaga pendidik, tetapi juga pilar peradaban bangsa. Negara harus menjamin kesejahteraan dan perlindungan hukum bagi guru,” tegasnya.
Sumardiansyah memiliki rekam jejak yang cukup panjang di dunia pendidikan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik di SMA Negeri 13 Jakarta itu pernah terlibat langsung dalam pengembangan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di Kemendikbudristek.
Tidak hanya sebagai praktisi pendidikan, Sumardiansyah juga seorang akademisi yang cukup produktif. Ia menempuh pendidikan dari sarjana hingga doktor di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dengan fokus pada Pendidikan Sejarah dan Teknologi Pendidikan.
Ia juga menjadi reviewer jurnal ilmiah di sejumlah universitas, serta memimpin Pusat Studi Pendidikan Publik sejak 2022. Ia aktif menulis tentang isu-isu pendidikan di surat kabar nasional dan menerbitkan beberapa buku seperti buku teks pelajaran sejarah untuk SMA (Intan Pariwara Edukasi, 2024) Mang Idin Pendekar Sungai Pesanggrahan (Ruang Karya, 2024), Kapita Selekta Sejarah Diplomasi Indonesia (Marjinal, 2025), dan Memikirkan Pendidikan Indonesia (Esensi, 2025).
Melalui kanal YouTube Sumardiansyah Perdana Kusuma (SuPerKu), dirinya rutin membagikan konten edukatif dan wawancara tokoh nasional.
Kiprah Sumardiansyah di dunia mendidikan mendapat banyak apresiasi.
Guru berusia 37 tahun itu telah menerima sejumlah penghargaan bergengsi, di antaranya Indonesia Best Innovation Excellent Award 2023 untuk kategori Best Leader Association of the Year dan The Best of Sorot News Golden Award 2023 untuk kategori Tokoh Motivator Pendidikan.
Ia dikenal sebagai lulusan pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9 Provinsi DKI Jakarta dan peraih nilai tertinggi Uji Kompetensi Guru Sejarah se-Provinsi DKI Jakarta dengan skor 99,76.
Pada masa Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed ia ikut mengambil peran sebagai Narasumber Nasional dan Pengembang Modul Pelatihan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning), serta Pelatih Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset).
Selain itu, Sumardiansyah beberapa kali terpilih menjadi delegasi nasional maupun internasional dalam kegiatan pendidikan dan kebudayaan. (Z-1)