Subvarian Baru hingga Mobilitas Masyarakat Global Sebabkan Kenaikan Covid-19 di Luar Negeri

8 hours ago 3
Subvarian Baru hingga Mobilitas Masyarakat Global Sebabkan Kenaikan Covid-19 di Luar Negeri Ilustrasi, tes covid-19.(Dok. Freepik)

PENGURUS Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Indonesia Timur Tengah (PDITT) dr. Iqbal Mochtar menanggapi kenaikan kasus covid-19 di beberapa negara seperti Singapura, Thailand dan Hong Kong. Menurutnya salah satu hal yang menyebabkan kenaikan ini karena adanya peningkatan mobilitas dan juga adanya subvarian covid-19 yang baru.

“Jadi subvarian covid-19 yang baru ini itu memang merupakan salah satu faktor,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa (20/5).

Lebih lanjut, faktor lainnya adalah mulai menurunnya efektivitas vaksin yang pernah didapatkan karena tidak bersifat seumur hidup dan vaksin itu memiliki masa kekebalan yang diberikannya.

“Kemudian juga yang tidak kalah pentingnya memang bahwa virus-virus seperti covid itu memiliki kemampuan untuk melakukan mutasi. Jadi mereka bermutasi untuk membentuk subvarian yang baru yang mana subvarian ini mungkin tidak terlalu efektif untuk ditangani oleh vaksin yang ada. Karena memang vaksin itu dibuat untuk variasi atau tipe tertentu,” jelas dr. Iqbal.

“Jadi ketika ada muncul yang lain itu akan menimbulkan penurunan efektivitas. Tetapi sepanjang ini peningkatan itu masih dianggap sebagai batas-batas yang dapat ditoleransi. Jadi belum menimbulkan adanya lockdown atau larangan untuk keluar negeri dan sebagainya,” sambungnya.

Di Indonesia, menurutnya saat ini penting untuk terus dilakukan surveillance dan ini merupakan kewajiban dari Kementerian Kesehatan dengan melakukan observasi secara menyeluruh untuk melihat bagaimana tingkat kejadian dan pemberatan penyakit covid-19 ini.

“Kemudian kalau memang itu terlihat bahwa ada indikasi makin meningkat secara serius, maka tentu masyarakat perlu mulai diingatkan kembali untuk menggunakan masker atau pelindung diri yang lain yang pernah digunakan pada saat (pandemi) covid-19 dulu. Itu mulai lagi digunakan terutama ketika kita menghadiri pertemuan atau gathering yang sifatnya massal. Itu sangat penting untuk menghindari adanya kontaminasi,” ujar dr. Iqbal.

Selain itu, bagi masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi secara lengkap, menurutnya sudah saatnya sekarang untuk mendapatkan vaksinasi tersebut.

“Saya kira yang paling penting itu adalah orang-orang yang berada pada risiko tinggi untuk memperhatikan kesehatan fisik dan mental agar tidak mudah untuk terkontaminasi dengan virus ini,” tegasnya.

Secara terpisah, epidemiolog sekaligus peneliti Global Health Security, dr. Dicky Budiman mengatakan hal senada, di mana menurutnya imunitas masyarakat sudah mulai menurun dari vaksinasi.

“Artinya ini kemungkinan kan mayoritas sudah lebih dari dua tahun jadi tidak menjadi masalah, tidak menjadi keanehan gitu. Kemudian juga bahwa dalam penyakit covid ini tidak ada kekebalan yang terjadi setelah terinfeksi. Artinya setelah terinfeksi ya bisa terinfeksi ulang dengan varian baru. Sama dengan flu ya,” kata dr. Dicky.

“Kemudian kenaikan juga karena orang sudah semakin kembali kepada perilaku sebelumnya. Jarang pakai masker, sembarangan pegang, di area-area tempat umum juga cuci tangannya kurang. Sedangkan di sisi lain sirkulasi ventilasi baik itu di gedung, perkantoran, sekolah maupun transportasi umum tidak diperbaiki. Tidak ada perbaikan signifikan atau bahkan tidak dilakukan,” sambungnya.

Hal ini menurutnya otomatis membuat kenaikan kasus covid-19 kembali berulang. Pasalnya mobilitas masyarakat saat ini semakin tinggi, bahkan jauh lebih besar dibandingkan pascapandemi.

Dia pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada tapi tidak panik berlebihan. Dalam hal ini masyarakat harus berubah dalam hal kebersihan dan juga melakukan vaksinasi. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |