
Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) menanggapi polemik pemasangan stairlift di Candi Borobudur. Alat tersebut dipasang untuk memudahkan kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden RI Prabowo Subianto ke atas candi pada Kamis (29/5). Sejumlah pihak pun mengusulkan stairlift tersebut dipasang permanen untuk mewujudkan inklusivitas.
Ketua Umum Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Marsis Sutopo mengatakan pemasangan alat tersebut hendaknya tidak menimbulkan kerusakan fisik maupun menurunkan citra Candi Borobudur sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional dan Warisan Dunia.
“Sebagai bangunan yang tersusun dari batu andesit, Candi Borobudur sangat rentan terhadap tekanan, gesekan, maupun benturan, yang dapat mengancam keutuhan batu dan stabilitas struktur candi secara keseluruhan,” kata Marsis dalam keterangan yang diterima Media Indonesia, Sabtu (31/5).
“Sehubungan dengan pemasangan stairlift pada tangga pintu Candi Borobudur, kami mengimbau agar pihak pengelola mencermati secara saksama dampak yang mungkin ditimbulkan,” imbuhnya.
Menurutnya, segala bentuk aktivitas dan perlakuan terhadap Candi Borobudur harus mengacu pada prinsip-prinsip pelestarian sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Selain itu ada Pedoman Operasional Pelaksanaan Konvensi Warisan Dunia (Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention), serta Pedoman dan Perangkat Untuk Penilaian Dampak Dalam Konteks Warisan Dunia (Guidance and Toolkit for Impact Assessment in a World Heritage Context).
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon berencana mempertahankan stairlift secara permanen. Namun, pihaknya akan melakukan uji coba sebelum memantapkan keputusan untuk membuat permanen.
“Ini portable dan tidak merusak satu batu pun di candi. Ke depan akan kita uji coba dulu sebelum dipasang permanen,” ujar Fadli, Jumat (30/5).
Sementara itu, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi mengungkapkan pemerintah menerima usulan agar pemasangan stairlift di Candi Borobudur dijadikan permanen. Hasan menyebut usulan tersebut datang dari kalangan umat Buddha di Indonesia hingga komunitas penyandang disabilitas. Ia menjelaskan bahwa penggunaan stairlift di situs bersejarah bukanlah hal baru, dan sudah diterapkan di berbagai situs budaya dunia. (E-3)