
ORANG tua dan murid sekolah di Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, akrab mengeluh terkait ketersediaan Makanan Bergizi Gratis (MBG). Pasalnya keadaan makanan yang disalurkan untuk anak-anak sekolah setempat sering tidak segar lagi atau sudah basi.
Sesuai penelusuran Media Indonesia dalam sepekan terakhir di sekitar pasar kota Jeunib, Kecamatan Jeunib misalnya, pihak sekolah dan murid beberapa kali mendapati jatah makanan sudah basi. Sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi sebagai makanan sehat, apalagi penambah bergizi.
Misalnya di MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri) 8 Bireuen yang lokasinya persis di Gampong (Desa) Kota Jeunib, para siswa/siswi serempat beberapa kali mendapati makanan basi. Misalnya mereka pernah disuguhkan sayur-sayuran sudah tidak layak makan (basi) dan sudah keluar bau tidak sedap.
Lalu ada juga mendapati masakan gulai ayam yang juga tidak enak lagi dimakan yakni sudah basi. Kondisi aroma sudah berubah, warna sudah beda dan teksturnya juga sudah kadaluarsa.
"Pengadaan MBG disini sudah berlangsung baru sebulan lebih atau belum dua bulan. Hari ke tiga masuk sudah mulai bermasalah yaitu masakan tidak segar lagi. Sekitar tiga hari lalu gulai ayam juga sudah basi sehingga semua ditarik kembali ke dapur penyedia" tutur Muhammad Yusuf, Kepala MTsN 8 Bireuen yang berlokasi di kota Kecamatan Jeunib, kepada Media Indonesia, Jumat (17/10).
Dikatakan Muhammad Yusuf, akibat ditemukan sayur ayam sudah basi, ratusan porsi makanan yang sudah tiba di Madrasah Tsanawiyah tersebut tidak diterima pihak sekolah. Penyedia terpaksa mengambilnya kembali.
Lalu untuk menutupi ketiadaan ayam gulai, pihak dapur penyedia MBG segera menyediakan lauk pengganti yang akhirnya membawa telor ayam rebus. Itu sebabnya waktu makan MBG juga bergeser diluar jam istirahat anak-anak.
"Tidak bermasalah dengan kondisi menu makan saja menyita waktu belajar 15 menit sebelum istirahat dan. 10 setelah istirahat. Apalagi kalau lauk makanan itu basi. Tentu lebih ribet lagi" tutur Muhammd Yusuf.
Ditambahkan kepala MTsN 8 Bireuen, hampir tiap pekan ada masalah makan tidak tidak standar konsumsi. Paling sering yaitu sayur atau kuah sayur dalam keadaan basi dan tidak layak konsumsi oleh para pelajar itu.
"Pernah juga kuah sayur yang kondisi sayuranmya sudah basi dan keluar bau tidak sedap. Kalau sudah begitu, sering jenis yang sudah basi itu tidak dalam lagi. Tinggal saja dibawa pulang oleh para guru untuk dijadikan pakan unggas" tambah Yusuf.
Budayawan Aceh dari Universitas Syiah Kuala (USK) M Adli Abdullah, Sabtu (18/10) mengatakan, pihak madrasah atau sekolah harus mewaspadai keadaan buruk. Misalnya makanan basi atau kadaluarsa yang tidak layak di konsumsi lagi.
Hal itu menurut Dosen Senior USK itu cukup berpotensi terganggu pencernaan hingga tidak bisa lagi di konsumsi, terutama oleh para generasi pelajar. Apalagi anak yang masih dibawah umur yang terkenal rentan terhadap gangguan kesehatan.
"Pihak Mitra penyedia Makanan Bergizi Gratis harus menjamin kondisi bagaimana kebersihan, cara pengolahan hingga penyediaan barang pangan untuk MBG. Mereka harus bertanggung jawab, yakni bukan berorientasi mencari untuk lebih besar. Tapi ada tanggung jawab yang lebih penting lagi terkait kebersihan, kehalalan dan kesehatannya. Bukan saja soal kersediaan, tapi teknik mengolah harus terjamin dan memiliki tukang masak profesional dan sesuai standar kesehatan" tambah M Adli Abdullah. (H-2)