Sebuah truk bermuatan bantuan kemanusiaan memasuki Deir el-Balah, kawasan tengah Jalur Gaza, Sabtu (18/10) waktu setempat.(AFP)
SAAT itu tengah malam ketika konvoi melaju di sepanjang jalan di ujung utara Gaza sekitar 1,4 km di dalam wilayah kendali Israel. Hanya sedikit orang yang tersisa di bagian Gaza ini, dekat perlintasan perbatasan Erez.
Hampir semua bangunan di sini hancur. Data resmi menunjukkan bahwa tidak ada bantuan yang datang melalui perlintasan tersebut sejak Februari. Namun, kendaraan-kendaraan ini sarat dengan perbekalan.
Mereka berhenti sejenak ketika seorang anak dan dua pria turun untuk mengambil botol air dan jeriken plastik yang jatuh dari salah satu truk pikap yang kelebihan muatan. Konvoi bergerak ke selatan melewati bangunan-bangunan hancur dan puing-puing yang berakhir di satu sekolah terbengkalai.
Itulah markas besar milisi pimpinan Ashraf Al Mansi yang menyebut kelompoknya Tentara Rakyat. Awal pekan ini, Al Mansi merilis pernyataan video yang memperingatkan Hamas agar tidak mendekati wilayah yang dikuasainya.
Kelompok bersenjata tersebut ialah satu dari empat milisi anti-Hamas aktif yang diidentifikasi Sky News, Sabtu (18/10). Semua bermarkas di dalam wilayah Gaza yang masih dikuasai Israel.
Video baru
Rekaman video baru yang dilihat menunjukkan bahwa pengaturan serupa telah dibuat di ujung utara Gaza untuk memasok milisi Al Mansi. IDF dan Al Mansi tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Dua video, yang diunggah seorang anggota milisi Al Mansi pada 9 dan 11 Oktober, menunjukkan konvoi-konvoi yang menempuh rute yang sama menuju markas milisi. Tidak satu pun video menunjukkan pasokan dimuat ke truk, tetapi kedua video dimulai dari titik kurang dari 400 meter dari pos terdepan tentara Israel (IDF).
Di sebelah utara titik ini, jalan bercabang menjadi dua. Cabang barat mengarah ke pos terdepan IDF, sementara cabang timur mengarah ke perlintasan perbatasan Erez.
Tidak mungkin untuk menentukan secara pasti barang yang diangkut, tetapi terlihat dalam video yaitu setumpuk makanan, botol air, dan sejumlah besar bahan bakar. Salah satu video memperlihatkan pula bagian belakang suatu mobil berisi penuh dengan jeriken plastik. Jeriken-jeriken ini bermerek SOS Energy, pemasok bahan bakar Israel.
Rami Halas
Bukti baru dukungan Israel terhadap milisi Gaza muncul ketika Hamas berusaha menegaskan kembali otoritasnya melalui tindakan keras terhadap para tersangka kolaborator. Pada Kamis (16/10), situs web berita Israel, Mako, melaporkan bahwa Hamas berhasil menguasai setidaknya 45 truk pikap, uang tunai, dan ratusan senjata dari milisi yang didukung Israel, mengutip sumber-sumber IDF.
Lebih jauh ke selatan, di sebelah timur Kota Gaza, suara tembakan terdengar pada Selasa (14/10) ketika Hamas bertempur melawan milisi lain, yang dipimpin Rami Halas. Berbicara dari markasnya di zona yang dikuasai Israel, seorang anggota milisi Halas mengatakan bahwa kelompoknya tidak berencana untuk menyerah.
Baca juga: Google Loloskan Iklan Israel yang Dianggap Misinformasi tentang Kelaparan Gaza
"Hamas telah menghancurkan Jalur Gaza, kini telah menjadi tumpukan abu dan batu," kata Basel. "Kami tidak takut mati selama itu demi membebaskan Jalur Gaza dari ketidaktahuan, keterbelakangan, dan kehancuran mereka."
Klan Doghmosh
Kelompok ketiga yaitu klan Doghmosh, keluarga besar berpengaruh yang memiliki sejarah panjang ketegangan dengan Hamas. Anggota klan tersebut mengatakan bahwa serangan Hamas, yang dimulai sebagai upaya penangkapan anggota milisi anti-Hamas, berubah menjadi kampanye balas dendam tanpa pandang bulu terhadap keluarga tersebut secara keseluruhan.
Milisi paling berpengaruh di antara mereka ialah Pasukan Populer pimpinan Yasser Abu Shabab yang berbasis di ujung selatan Gaza. Pekan lalu, investigasi Sky News mengungkapkan bahwa Israel memfasilitasi pasokan senjata, kendaraan, uang tunai, dan makanan kepada Pasukan Populer.
Bekas geng penjarah itu menguasai wilayah di sepanjang rute utama Gaza untuk mengangkut bantuan. Kelompok tersebut mengeklaim bahwa 1.500 orang tinggal di wilayah mereka, termasuk 500-700 pejuang. Milisi Abu Shabab mempertahankan hubungan longgar dengan kelompok-kelompok lain yang punya kendali wilayah jauh lebih tidak jelas.
Anggota dari tiga milisi mengatakan bahwa mereka tidak berniat meletakkan senjata dan berniat untuk melawan Hamas sampai akhir.
Menawarkan amnesti
Pada Minggu (12/10), Kementerian Dalam Negeri Gaza yang dikelola Hamas menawarkan amnesti kepada anggota milisi mana pun yang tidak terlibat dalam pembunuhan, asalkan mereka menyerahkan diri sebelum 19 Oktober. "Anggap ini sebagai peringatan terakhir," kata pernyataan itu.
"Hamas tidak menargetkan keluarga mana pun," kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem. "Pendudukan telah membentuk milisi bersenjata yang loyal kepadanya dan milisi-milisi ini dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi sebagai dakwaan terberat dalam hukum revolusioner Palestina."
Kepala Dewan Tertinggi Urusan Suku Gaza, Hosni Al Mughanni, mengatakan bahwa Yasser Abu Shabab pantas mendapatkan hukuman terberat atas kejahatannya. "Ia melemparkan dirinya ke pelukan musuh."
"Kelompok-kelompok jahat ini terkadang mereka lebih menakutkan kami daripada musuh, melanggar kesucian dan harta benda orang-orang, merampas uang tunai, ponsel, bahkan jam tangan mereka, dan menembak kaki," ujarnya.
Al Mughanni ditanya tentang eksekusi singkat yang terjadi beberapa hari terakhir di Kota Gaza. "Tanpa pengadilan, kejaksaan, atau kantor polisi yang berfungsi karena semua hancur, bagaimana keadilan formal dapat ditegakkan? Kami mendukung pemulihan keamanan, keamanan adalah dasar kehidupan."
Meningkatnya kekerasan itu dapat mengganggu pengiriman bantuan. Direktur Badan Pengungsi PBB UNRWA untuk Gaza, Sam Rose, mengatakan bahwa untuk melancarkan operasi bantuan yang efektif, Israel harus mengizinkan masuknya bantuan dalam skala besar dan memberikan kebebasan kepada kelompok-kelompok bantuan untuk bergerak melintasi Jalur Gaza.
"Namun, kami juga perlu memastikan bahwa truk dan staf kami tidak berisiko dirampok atau dijarah oleh oknum-oknum bersenjata," tambahnya. Di antara mereka yang memimpin penjarahan truk bantuan di masa lalu ialah Yasser Abu Shabab. (I-2)


















































