
FREKUENSI buang air besar (BAB) sering dianggap sepele, tetapi sebenarnya bisa menjadi indikator penting mengenai kesehatan sistem pencernaan. Penelitian medis menyatakan tidak semua orang harus BAB setiap hari untuk dianggap fit secara kesehatan.
Variasi dalam frekuensi ini dianggap wajar. Selama tetap dalam rentang tertentu dan tidak disertai gejala yang mengganggu.
Menurut informasi dari Medical News Today, frekuensi BAB yang dianggap normal berkisar antara tiga kali dalam seminggu hingga tiga kali dalam sehari.
Data tersebut berasal dari pengamatan terhadap lebih dari 5.000 orang yang menunjukkan bahwa sistem pencernaan memiliki pola kerja yang beragam tergantung pada usia, pola makan, aktivitas fisik, serta kondisi mental seperti stres.
Secara umum, individu yang BAB satu atau dua kali dalam sehari bisa dinyatakan sehat jika tidak mengalami kesulitan saat mengeluarkan feses. Sebaliknya, jika seseorang BAB hanya beberapa kali dalam seminggu, itu belum tentu menjadi masalah asalkan fesesnya tidak keras, tidak disertai rasa sakit, dan tubuh tetap merasa nyaman.
Dalam penjelasan yang dirilis Healthline, faktor-faktor seperti konsumsi serat, asupan cairan, dan aktivitas fisik adalah penentu utama dari keteraturan BAB. Makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh, mendukung kelancaran proses pencernaan serta merangsang gerakan usus.
Di samping itu, olahraga yang rutin dan kecukupan mencukupi kebutuhan cairan menjaga agar saluran pencernaan tetap aktif.
Feses
Namun, bukan hanya frekuensinya yang penting. Artikel dari BBC Future menekankan bentuk dan warna feses turut memberikan sinyal mengenai kondisi kesehatan seseorang.
Berdasarkan referensi Bristol Stool Chart, feses yang sehat biasanya berbentuk sosis yang halus atau memiliki retakan di permukaannya. Jika feses sangat keras seperti batu kecil atau terlalu cair, hal ini dapat mengindikasikan masalah seperti dehidrasi, infeksi, atau gangguan mikrobiota usus.
Ketika BAB tiba-tiba menjadi lebih jarang atau lebih sering dari biasanya, terutama jika disertai dengan darah, nyeri perut, atau penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, ini bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang serius dan sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Dalam jangka panjang, perubahan pola BAB yang tidak ditangani dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Memantau kebiasaan buang air besar merupakan langkah sederhana tetapi penting untuk menjaga kesehatan pencernaan. Alih-alih terfokus pada angka tertentu, masyarakat disarankan untuk memperhatikan setiap perubahan pola, kenyamanan saat BAB, serta kondisi feses yang dikeluarkan.
Jika ada gangguan yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau disertai gejala seperti nyeri, darah, atau penurunan berat badan, pemeriksaan medis adalah tindakan yang bijaksana. Mengonsumsi makanan seimbang, cukup cairan, dan tetap aktif merupakan dasar utama agar sistem pencernaan berfungsi dengan optimal. (Medical News Today/BBC Future/Healthline/Z-2)