Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Bahlil Sebut Akan Tingkatkan Akses Listrik di Wilayah 3T

3 hours ago 4
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Bahlil Sebut Akan Tingkatkan Akses Listrik di Wilayah 3T Menteri ESDM Bahlil Lahadalia(Antara)

MENTERI ESDM Bahlil Lahdalia menegaskan pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan pemerataan akses listrik, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian ESDM menjalankan program Listrik Desa (lisdes) untuk periode 2025-2029.
Program ini menargetkan elektrifikasi 5.758 desa yang belum dilayani PLN, mencakup pembangunan infrastruktur listrik perdesaan dan penyambungan listrik untuk sekitar 1,2 juta rumah tangga.

Bahlil mengatakan target ini sejalan dengan kebijakan ketenagalistrikan yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) Tahun 2025-2034.

“Target Bapak Presiden Prabowo sekitar 2029-2030, semua desa harus sudah terlayani listrik. Saat ini masih ada 5.700 desa yang belum memiliki listrik. Negara harus hadir untuk memastikan, dan kita harus memasang listrik bagi saudara-saudara kita,” kata Bahlil, melalui keterangannya, Sabtu (18/10).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 tercatat ada 84.276 wilayah administrasi setingkat desa yang terdiri dari 75.753 desa dan 8.486 kelurahan di Indonesia.

Dari jumlah tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil menyebut ada 5.700 atau sekitar 6,76% dari total desa dan kelurahan di Tanah Air yang belum teraliri listrik. Pemerintahan pun menargetkan seluruh desa itu akan mendapatkan akses listrik pada tahun 2030. Salah satu wilayah yang mulai teraliri listrik ialah Distrik Kiraweri, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat. Dulu, hanya lampu minyak yang berkerlip samar atau suara genset yang menggeram di kejauhan. Kini, desa itu hidup dalam terang.

Warga Pegunungan Arfak Elias Inyomusi Anakangi mengaku hidup tanpa penerangan yang memadai sejak dia lahir. Butuh usaha dan kreavitas jika ingin hidup mereka lebih berwarna di malam hari.

“Kami bikin api. Kami baca, belajar itu, pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita. Bikin tali, rotan itu. Rotan itu baru kita isi siram minyak tanah, baru taruh rotan itu di botol, baru bakar, jadi sumbu toh. Itu kami pakai belajar,” tutur Elias.

Karena listrik belum masuk distrik, ketika ingin keluar rumah pun Elias hanya berpatokan pada jalan kecil setapak sebagai arah mereka menuju tempat tujuan. Tanpa penerangan dari sorot lampu, hanya sinar bulan yang menerangi malam warga Distrik Kirawei.

“Oh, zaman dulu itu setengah mati, jalan saja jalan tikus. Jalan tikus artinya jalan kecil setapak begini saja. Baru kitong (kita) semua baku jalan di jalan kecil itu,” ucapnya.

Melalui energi air yang diolah menjadi listrik oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi berkapasitas 150 kW, seluruh rumah di Distrik Kiraweri sudah terang.

“Kampung kami jadi lebih terang. Semua rumah itu harus dapat listrik supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar. Mama-mama bisa masak dengan lampu. Dengan lampu seperti ini, anak-anak kami bisa belajar, pintar, bersaing dengan suku-suku lain,” ungkapnya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) membangun pembangkit listrik berbasis energi terbarukan melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi berkapasitas 150 kW di Kampung Upper, Distrik Anggi, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat.

PLTMH Anggi merupakan salah satu contoh nyata realisasi program Dedieselisasi Pembangkit yang saat ini tengah gencar diimplementasikan oleh pemerintah. Dibangun sejak 2022, PLTMH Anggi adalah pembangkit listrik yang bersumber dari Tenaga Diesel (berbahan bakar fosil) disubtitusi dengan pembangkit Energi Baru Terbarukan yang lebih handal dan ramah lingkungan. (E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |