
KEMENTERIAN Koordinator PMK bekerja sama dengan Kementerian Agama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta mitra industri seperti Samsung dan Meta meluncurkan program Smart Pesantren di Pondok Pesantren Daarul Mughni Al Maaliki, Bogor, Jawa Barat. Program ini ditujukan untuk santri di jenjang pendidikan SMP hingga SMA, berkisar antara 1.000 hingga 2.000 orang.
Menko PMK Praktikno menjelaskan program Smart Pesantren memiliki komitmen kuat untuk melakukan transformasi dalam pengelolaan keuangan kelembagaan, dan bertekad untuk mengajarkan santri mengenai penggunaan media sosial secara bijak dan produktif.
“Dengan adanya program ini, kami menyambut dengan suka cita gerakan transformasi pesantren yang digagas Ketum PBNU dan RMI PBNU sebagai lokomotif perubahan. Transformasi ini akan menggerakkan pesantren agar lebih adaptif, inovatif, dan kompetitif di era global,” kata Pratikno dalam keterangannya, Sabtu (15/3).
Program Smart Pesantren mencakup berbagai kegiatan, seperti workshop Implementasi Ekosistem Pusat Inklusi Keuangan Syariah (EPIKS), masterclass Santri Cerdas Digital & Bijak di Era Teknologi, pelatihan transformasi digital untuk pembelajaran pesantren, serta Ramadhan Synergy yaitu buka puasa bersama menteri dan pemimpin industri.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyoroti pentingnya literasi keuangan bagi pesantren, mengingat banyak pesantren berada di daerah dengan akses terbatas terhadap layanan keuangan formal.
“OJK ingin meningkatkan pemahaman pengelolaan dana pesantren yang efisien dan cerdas, serta pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan keuangan yang dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,” jelasnya.
Selain itu, Kemenko PMK bersama Kementerian Agama dan Samsung menginisiasi workshop digitalisasi pembelajaran untuk mendorong pemanfaatan teknologi digital di pesantren. Kolaborasi ini lahir dari kebutuhan untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih interaktif dan tidak monoton.
Berdasarkan implementasi yang telah berjalan, penggunaan tablet terbukti mampu meningkatkan interaksi antara santri dan kiai secara lebih dinamis. Dengan dukungan ekosistem digital seperti Learning Management System (LMS) dan berbagai konten pembelajaran lainnya, perangkat tablet menjadi sarana yang efektif dan menarik untuk mendukung proses belajar-mengajar di lingkungan pesantren.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, berharap program ini dapat mendorong terwujudnya smart pesantren yang transformatif, baik dalam aspek pengelolaan keuangan yang akuntabel maupun digitalisasi pembelajaran. “Saya berharap dengan adanya program ini, pesantren dapat mencetak santri yang unggul dan berdaya saing, mampu mengikuti perkembangan zaman, serta memahami pentingnya literasi keuangan,” pungkasnya. (M-2)