ANGGOTA Komisi XII DPR RI Fraksi Golkar Dewi Yustisiana.(Dok. Fraksi Partai Golkar)
ANGGOTA Komisi XII DPR RI Fraksi Golkar Dewi Yustisiana menilai penguatan kerja sama antara Indonesia dan Brasil memiliki nilai strategis bagi ketahanan energi nasional. Menurutnya, kerja sama Indonesia–Brasil bukan hanya simbol diplomasi, tetapi langkah nyata memperkuat energi bersih dan nilai tambah sumber daya alam Indonesia.
Dewi menegaskan, ruang lingkup kerja sama yang mencakup migas, energi baru terbarukan, efisiensi energi, hingga pengembangan SDM harus segera ditindaklanjuti dalam bentuk program konkret berbasis kebutuhan nasional. Ia menilai bioenergi menjadi sektor yang paling cepat memberikan hasil nyata.
Sebagai informasi, Brasil adalah produsen etanol terbesar kedua di dunia dan sukses menerapkan mandatori bioetanol seperti E30 hingga E100 di berbagai wilayah. Dewi menilai Indonesia dapat mengadopsi pengalaman tersebut untuk memperkuat program BBM campuran etanol E10 yang tengah dikembangkan pemerintah.
“Alih teknologi dari Brasil akan membantu kita menghadirkan energi yang lebih ramah lingkungan dengan dampak ekonomi langsung bagi petani dan masyarakat,” jelasnya dalam keterangan yang diterima, Jumat (24/10).
Menurut Dewi, implementasi bioetanol juga berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan baru di sektor energi hijau, mulai dari budidaya bahan baku, pembangunan fasilitas produksi, hingga distribusi. Selain itu, petani akan menjadi aktor utama dalam rantai pasok etanol karena pemanfaatan komoditas seperti tebu, jagung, dan singkong yang dapat meningkatkan pendapatan daerah sentra pertanian.
"Kalau ekosistemnya terbangun, program ini akan menggerakkan ekonomi pedesaan dan memperkuat ketahanan pangan-energi kita sekaligus,” tambahnya.
Selain itu, sejumlah provinsi memiliki potensi besar sebagai basis produksi etanol nasional. Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan menjadi sentra utama tebu, sementara Sulawesi Selatan, NTB, dan Sulawesi Tenggara mulai berkembang sebagai pusat produksi baru di kawasan timur.
Di sisi lain, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, serta Papua memiliki peluang kuat untuk pengembangan jagung dan singkong sebagai bahan baku energi terbarukan di masa mendatang.
Menurutnya, Komisi XII DPR RI akan mengawal ketat realisasi kerja sama ini agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh rakyat. “Kita ingin hasil konkret: energi bersih yang terjangkau, nilai tambah di dalam negeri, peningkatan pendapatan petani, dan lapangan kerja baru. Jika dieksekusi dengan tepat, ini momentum lompatan besar menuju kemandirian energi nasional,” pungkasnya. (H-3)


















































