
PELATIH Tim Nasional Indonesia, Patrick Kluivert, tak mampu menyembunyikan kekecewaannya usai Garuda tersingkir dari Kualifikasi Piala Dunia 2026. Indonesia harus mengubur mimpi tampil di ajang empat tahunan itu setelah kalah 0-1 dari Irak di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Minggu (12/10) dini hari WIB.
Gol tunggal Zidane Iqbal pada menit ke-76 memastikan kemenangan Irak dan menutup peluang Indonesia yang sebelumnya juga kalah 2-3 dari Arab Saudi.
Dengan dua kekalahan itu, Indonesia menempati dasar klasemen Grup B fase keempat dengan tanpa poin. Kekalahan dari Irak menutup perjalanan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
“Pertama sekali, saya sangat kecewa. Jika kita lihat permainan ini, kami adalah tim yang jauh lebih baik. Saya sangat kecewa dengan hasilnya,” ujar Kluivert usai laga.
Menurutnya, hasil buruk itu tidak mencerminkan perjuangan para pemain di lapangan. Ia menilai anak asuhnya telah menunjukkan determinasi tinggi menghadapi dua tim kuat Asia yang memiliki peringkat jauh lebih baik.
“Bukan hanya saya, seluruh negara, pemain, dan staf kecewa. Kami bekerja keras untuk memainkan pertandingan melawan Saudi, lalu hanya punya tiga hari untuk memulihkan diri (dan melawan Irak),” ucapnya.
Kluivert menegaskan, usia muda skuad Garuda bukan alasan kegagalan. Ia justru menilai generasi muda Indonesia telah menunjukkan kualitas dan karakter tangguh.
“Tidak, mereka tidak terlalu muda. Mereka menunjukkan bagaimana mereka bermain, dan itu luar biasa. Jika kamu bisa bermain seperti ini melawan Saudi dan Irak yang berada di peringkat 59 dan 58 dunia, sedangkan kita di peringkat 118, itu adalah kenyataan,” kata pelatih berusia 49 tahun itu.
Meski demikian, Kluivert mengakui kurangnya efektivitas di depan gawang menjadi pembeda utama. “Kamu bisa bermain dengan hati, menciptakan peluang, dan menguasai bola. Tapi ketika kamu ingin menang pertandingan, kamu harus mencetak gol. Sayangnya, itu tidak terjadi,” imbuhnya.
Ia pun menggambarkan suasana ruang ganti usai laga. “Saya tidak perlu menjelaskan lagi, tapi bagaimana perasaan kamu dan bagaimana kamu melihat pemain di ruang pakaian, itu sangat mengerikan. Namun saya sangat bersyukur bisa bekerja dengan mereka,” tuturnya. (H-2)