Raih Oscar, Tim Palestina-Israel Serukan Ketidakadilan di Tepi Barat

1 week ago 9
Raih Oscar, Tim Palestina-Israel Serukan Ketidakadilan di Tepi Barat Pembuat film No Other Land meraih Oscar.(Dok Oscar)

TIM gabungan Palestina-Israel yang membuat film tentang pengusiran warga Palestina dari rumah mereka di Tepi Barat yang diduduki menyampaikan pidato penuh semangat pada Minggu (2/3) malam. Mereka menyerukan ketidakadilan yang dihadapi warga Palestina, setelah mereka memenangkan Oscar untuk film dokumenter terbaik.

No Other Land menceritakan kisah pembongkaran berkelanjutan oleh otoritas Israel di Masafer Yatta, sekumpulan desa di pegunungan Hebron di Tepi Barat tempat Basel Adra, salah satu sutradara, tinggal bersama keluarganya.

Film dokumenter ini mengikuti upaya pemerintah Israel untuk mengusir penduduk desa dengan paksa, setelah mengeklaim tanah tersebut untuk fasilitas pelatihan militer dan lapangan tembak pada 1981. 

Penonton melihat taman bermain setempat dirobohkan, pembunuhan saudara laki-laki Adra oleh tentara Israel, dan serangan lain oleh pemukim Yahudi sementara komunitas tersebut mencoba bertahan hidup.

Film ini juga menunjukkan hubungan manusiawi antara Adra dan kreator film lain, jurnalis Israel Yuval Abraham.

Meskipun syuting untuk No Other Land selesai sebelum Hamas menyerang Israel pada Oktober 2023, yang mendorong Israel untuk melancarkan perang di Gaza, tema-tema dokumenter tersebut sangat relevan selama masa konflik yang meningkat di Timur Tengah.

Warga Palestina di Tepi Barat telah menghadapi penggusuran dan perambahan oleh pemukim Yahudi selama beberapa dekade.

Beberapa jam sebelum film tersebut memenangkan Oscar, penduduk wilayah Tepi Barat yang digambarkan dalam dokumenter tersebut diserang oleh pemukim Israel yang disertai oleh pasukan Israel, kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan.

Tentara Israel menahan tiga orang di daerah tersebut dan pemukim menyerang penduduk desa Khirbet Asfi, di Masafer Yatta, melemparkan batu, menghancurkan panel surya, dan merusak tangki air. Wafa melaporkan itu mengutip kepala dewan desa Susiya Jihad Nawajaa.

Gambar yang diperoleh CNN menunjukkan beberapa panel surya dan kamera keamanan rumah yang tampaknya telah rusak oleh batu. CNN telah menghubungi militer Israel untuk memberikan komentar.

Realitas pahit

Israel telah meningkatkan operasi militernya di Tepi Barat, menggusur sekitar 40.000 warga Palestina sejak akhir Januari, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan menteri pertahanan Israel berjanji untuk menduduki wilayah yang luas selama sisa tahun ini.

Militer Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan kelompok militan Palestina di Tepi Barat yang telah melancarkan serangan terhadap tentara dan warga sipil Israel. 

Namun, warga Palestina dan kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa serangan yang meluas tersebut semakin membabi buta dengan membunuh warga sipil dan menghancurkan infrastruktur sipil dengan cara yang konsisten terkait hukuman kolektif.

Para pembuat film menggunakan pidato penerimaan mereka untuk menyoroti dampak operasi militer Israel di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

Adra mengatakan film tersebut, "Mencerminkan realitas pahit yang telah kami derita selama beberapa dekade. Realitas yang berlanjut hingga hari ini. Kami menyerukan kepada dunia untuk mengambil langkah konkret guna mengakhiri ketidakadilan ini."

Abraham menyerukan diakhirinya kehancuran mengerikan di Gaza dan pembebasan sandera Israel. "Kami membuat film ini bersama-sama, Palestina dan Israel, karena bersama-sama suara kita lebih kuat," imbuhnya.

Film ini telah meraih beberapa penghargaan tahun lalu. Namun, meskipun mendapat pujian kritis, para kreatornya dikecam karena komentar mereka tentang perang di Gaza.

Pejabat tinggi Jerman dan Israel mengkritik Abraham setelah ia menyerukan gencatan senjata setelah menerima penghargaan untuk film dokumenter terbaik di Festival Film Internasional Berlin Februari lalu. Abraham mengatakan bahwa ia kemudian menerima ancaman pembunuhan.

Menteri Kebudayaan dan Olahraga Israel menyebut kemenangan film Oscar itu sebagai momen menyedihkan bagi dunia perfilman dalam unggahan di media sosial pada Senin (3/3).

Adra, seorang ayah baru, mengatakan dalam pidato penerimaan Oscar-nya bahwa ia berharap putrinya, "Tidak harus menjalani kehidupan seperti yang saya alami. Saya hidup sekarang selalu cemas, takut akan pembongkaran rumah, kekerasan pemukim, dan ancaman pemindahan paksa yang kami, di Masafer Yatta, hadapi setiap hari karena hidup di bawah pendudukan Israel."

"Ketika saya melihat Basel, saya melihat saudara saya, tetapi kita tidak setara," kata Abraham. "Kita hidup di bawah rezim saat saya menikmati kebebasan di bawah hukum sipil dan dia diatur oleh hukum militer." (I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |