Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung melambaikan tangan kepada wartawan saat menumpang bus Transjakarta di Menteng, Jakarta Pusat(ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)
PEMERINTAH Provinsi DKI Jakarta berencana menaikkan tarif Trans-Jakarta yang tidak pernah mengalami kenaikan sejak 20 tahun terakhir. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian besaran tarif yang disepakati.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan, pihaknya masih melakukan kajian terkait hal itu dan ia mengaku belum sepenuhnya memastikan akan naik atau tidak.
"Saudara-saudara sekalian, kan pada waktu itu sedang dikaji. Dalam pengkajian itu, apakah nanti diputuskan naik atau tidak, saya akan memutuskan pada saat yang tepat, naik atau tidak. Kan, enggak harus naik," kata dia di Balai Kota Jakarta, Rabu (5/11).
Ia mengatakan, soal kenaikan tarif pihaknya akan memutuskan hal itu pada waktu yang tepat.
"Naik atau tidak, saya akan putuskan pada saat yang tepat," ujar Pramono.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jakarta Syafrin Liputo, mengaku masih belum bisa memastikan besarannya. Yang bisa dipastikan, sampai saat ini tarif Transjakarta masih Rp3.500 per penumpang.
"Kami terus melakukan kajian dan memang sebagaimana dipahami bahwa dengan tarif Rp3.500 saat ini, cost recovery tarif tersebut dengan biaya operasional Transjakarta itu hanya di 14 persen. Begitu ada pemotongan DBH, tentu ini berpengaruh terhadap kapasitas fiskal Jakarta," kata dia.
Karena itu, Pemprov Jakarta perlu melakukan penyesuaian tarif Transjakarta. Apalagi, tarif layanan transportasi serupa di daerah penyangga saat ini rata-rata sudah Rp5.000 per penumpang.
"Begitu Rp5.000 sekali naik, tidak secara jaringan. Begitu berpindah angkot, bayar lagi. Tapi di Jakarta Rp3.500 mencakup 91,8 persen jumlah populasi Jakarta yang dilayani," kata dia. (Far/M-3)


















































