Presiden Prabowo Subianto (kiri).(Biro Sekretariat Presiden.)
PRESIDEN Prabowo Subianto menyoroti tantangan baru di dunia kerja seiring pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Inteligence/AI) dan robotika. Meski tingkat pengangguran terbuka di Indonesia turun ke angka terendah sejak krisis 1998, Prabowo mengingatkan agar capaian itu tidak membuat pemerintah dan masyarakat terlena.
"Tingkat Pengangguran Terbuka juga turun ke 4,67%. Ini adalah terendah sejak krisis 1998. Sekali lagi, kita tidak boleh puas," ujarnya saat memberikan pengantar dalam Rapat Sidang Kabinet Paripurna, Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/10).
Prabowo menyoroti perubahan besar dalam dunia industri akibat kemajuan teknologi. Ia menjelaskan bahwa disrupsi akibat AI dan robotika berpotensi menggeser banyak jenis pekerjaan manusia, terutama di sektor manufaktur dan riset.
"Munculnya AI, kecerdasan buatan, ini membuat sekarang faktor penelitian lebih cepat sekali, dan mungkin tidak membutuhkan terlalu banyak pekerjaan di bidang itu," kata dia.
Kepala Negara mencontohkan transformasi industri otomotif di Jerman, di mana penggunaan robot secara masif telah menggantikan ribuan tenaga kerja manusia. "Di pabrik VW yang biasa menggunakan 5-6 ribu pekerja, sekarang hanya dengan 30 orang, sisanya robot," terangnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi perubahan besar tersebut. Pemerintah, kata Prabowo, harus memastikan bahwa peningkatan produktivitas lewat teknologi tidak mengorbankan kesejahteraan rakyat.
Prabowo juga menekankan, meskipun angka pengangguran terbuka Indonesia terlihat positif, secara absolut jumlah pengangguran masih besar jika dihitung dari total penduduk Indonesia yang mencapai 287 juta jiwa.
Menurutnya, pengangguran tetap menjadi persoalan serius yang membutuhkan perhatian pemerintah. Prabowo menyadari keresahan masyarakat yang masih berjuang mencari pekerjaan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
"Bagi mereka yang perlu pekerjaan segera, ini sesuatu yang harus kita pikirkan dengan seksama," terangnya. (Mir/P-3)


















































