
PRESIDEN Prabowo Subianto menyoroti pentingnya mengembalikan pelajaran menulis dan memperkuat penguasaan bahasa di sekolah-sekolah. Menurutnya, kemampuan menulis dan bahasa menjadi fondasi dasar bagi kualitas pendidikan dan daya saing bangsa di masa depan.
Dalam pengantar Rapat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/10), Prabowo mengungkapkan keprihatinannya saat melihat kondisi siswa di berbagai daerah yang harus berhemat karena keterbatasan biaya.
"Anak-anak kita mungkin karena kurang biaya, dia menghemat kertas. Dia menulis tulisannya sangat kecil," ujarnya.
Prabowo menilai kebiasaan itu bisa berdampak jangka panjang terhadap kesehatan dan kualitas pembelajaran. Ia meminta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) untuk meninjau kembali pentingnya pelajaran menulis.
"Saya kira perlu kembali ada pelajaran menulis," kata dia.
Ia menekankan, menulis bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga bagian dari pembentukan karakter dan ekspresi diri siswa. "Menulis dengan baik, menulis halus, tapi sebetulnya tulisannya harus besar. Saya khawatir kalau dia menulisnya sangat kecil, ujungnya nanti dia harus pakai kacamata semua," tutur Prabowo.
Presiden juga menyoroti perlunya pembenahan struktur sekolah agar lebih efisien dan berkualitas. Ia mengusulkan pembangunan sekolah terintegrasi di setiap kecamatan, yang menggabungkan SD, SMP, dan SMA atau SMK dalam satu kawasan dengan fasilitas lengkap.
Setiap sekolah terintegrasi, kata dia, harus memiliki laboratorium yang memadai, termasuk laboratorium bahasa, karena bahasa menjadi modal utama dalam menghadapi pasar kerja global.
Prabowo mencontohkan, tenaga kerja asal Filipina banyak diterima di luar negeri karena kemampuan bahasa Inggris mereka. "Kita diminta jutaan tenaga kerja tiap tahun. Di Eropa minta pekerja hotel, kafe, restoran. Rakyat mereka gak mau kerja sebagai pelayan. Mereka terkesan katanya orang Indonesia ramah-ramah," tuturnya.
Oleh karena itu, Prabowo menilai pendidikan bahasa harus diperluas, bukan hanya bahasa Inggris, tetapi juga bahasa Arab, Mandarin, Jepang, dan Korea. "Kita harus didik mereka bahasa," terangnya.
Prabowo menambahkan, gagasan sekolah terintegrasi dan penguatan pelajaran menulis serta bahasa masih dalam tahap awal, namun menjadi arah penting bagi reformasi pendidikan nasional. "Ini baru embryo concept. Tapi sekolah-sekolah ini saya kira sudah saatnya kita pikirkan," pungkasnya. (H-3)