Kabid Humas Polda Bali Kombes Ariasandy(MI/Arnoldus Dhae)
KEMATIAN mahasiswa Universitas Udayana (Unud) Timoty Anugrah Saputra (22) adalah murni bunuh diri. Hal ini disampaikan Kabid Humas Polda Bali Kombes Ariasandy saat dikonfirmasi sejumlah awak media, Jumat (24/10).
"Hasil lidik sementara dimana penyidik sudah memeriksa 20 orang saksi mulai dari teman dekat, saksi di lokasi kejadian, petugas kebersihan maka untuk sementara bisa disimpulkan bahwa korban memang bunuh diri dengan cara terjun dari lantai 4 Fisip Universitas Udayana (Unud) Denpasar," ujarnya.
Ariasandy menegaskan, bahwa memang benar awalnya petugas monitor CCTV di kampus mengaku jika CCTV yang ada di lantai 4 kampus memang blank. Disebut blank karena gambarnya tidak keluar di monitor. Namun usai polisi menerima laporan dari ayah korban untuk memastikan penyebab kematian anaknya, petugas akhirnya kembali memeriksa rekaman CCTV di lantai 4.
Setelah dicolok dengan recorder yang lain, ternyata gambarnya bisa kelihatan semua dengan sangat jelas. Di lantai 4 FISIP Unud diketahui memiliki 3 kamera CCTV namun statis atau tidak bergerak. Pertama mengarah ke luar gedung, kedua mengarah ke tangga biasa dan ketiga mengarah lift.
"Dan setelah dicek, korban memang naik ke lantai 4 dan terlihat di rekaman CCTV. Karena statis kameranya, maka polisi juga mengecek semua pergerakan turun mahasiswa dari lantai 4 baik lewat lift maupun tangga biasa setelah jam kejadian dan tidak ditemukan lagi korban turun dari lantai 4 Fisip Unud," ujarnya.
Kesaksian lain juga menjelaskan bahwa ada seorang mahasiswa yang melihat korban keluar dari lift dalam kondisi bingung kemudian korban menepi di salah satu sudut ruangan lalu mencopot sepatunya. "Karena tidak saling kenal mereka juga tidak saling menyapa. Namun saksi melihat korban meninggalkan sepatu dan berjalan ke arah titik terjun dari lantai 4. Beberapa saat kemudian saksi mendengar ada kejadian mahasiswa jatuh dari lantai 4. Dan setelah dicek ternyata pemilik sepatu tersebut adalah korban," ujarnya.
Saksi lain dari petugas kebersihan kampus membenarkan jika sepatu tersebut adalah milik korban karena ternyata petugas kebersihan juga melihat jika korban membuka sepatunya dan ditinggalkan begitu saja di salah sudut ruangan. Artinya, saat terjun dari lantai 4, korban dalam kondisi tidak mengenakan sepatu. Ini dibenarkan saat evakuasi korban ke rumah sakit dimana korban kelihatan tidak mengenakan sepatu.
BUKAN KESIMPULAN FINAL
Menurut Ariasandy, sekalipun hasil penyelidikan dan penyidikan kepolisian dinyatakan penyebab kematian korban adalah bunuh diri namun bukan berarti ini adalah kesimpulan final. Polisi juga sudah memeriksa beberapa teman dekat korban, para dosen dan saksi lainnya. Teman dekat korban awalnya memang belum bisa diperiksa karena terlalu syok mendengar kabar duka ini.
Kemudian ibu korban yang awalnya iklas menerima kematian anaknya melalui surat pernyataan di atas meterai, menolak otopsi dan seterusnya. Telepon seluler korban yang diamankan oleh pamannya awalnya menolak untuk diperiksa. "Khusus untuk teman dekat korban, polisi melakukan pendekatan, agar mau diperiksa. Akhirnya berhasil. Dari keterangan teman dekat korban diketahui ternyata korban sangat cerdas di kampus, bahkan sering berbagi dan happy dalam pergaulan sehari-hari," ujarnya.
Menurut teman dekat korban, tidak ada pengalaman atau korban curhat kalau korban dibully. Penyidik juga melakukan pendekatan dengan ibu korban agar mau menyerahkan ponsel korban ke polisi. Saat ini hasil pemeriksaan percakapan atau data di handphone korban sedang dicek petugas. Hasilnya akan disampaikan secepatnya.
"Jadi untuk sementara korban meninggal karena bunuh diri jatuh dari lantai 4 FISIP Unud. Sementara korban meninggal akibat bullying masih diselidiki, namun belum ada bukti otentik yang mengarah bahwa korban meninggal karena bullying. Namun pengembangan oleh petugas belum selesai, termasuk informasi yang ada di handphone korban," ujarnya.
PANDANGAN PENGAMAT HUKUM
Usai polisi menyimpulkan hasil jika Timothy Anugerah Saputra melalui sebuah penyelidikan yang mendalam, pengamat dan praktisi hukum Bali Valerian Libert Wangge mengatakan, dirinya sejak awal yakin bahwa korban melakukan bunuh diri dan bukan akibat bullying.
"Kita mencermati berbagai pemberitaan di media mainstream, media sosial tentang rekam jejak korban. Secara akademis cerdas sekali. Secara sosial kemasyarakatan juga bagus. Bagaimana mungkin orang cerdas bisa dibully. Dan sejauh ini kita belum pernah membaca postingan nirempati yang mengakibatkan atau mengarah korban bunuh diri," ujarnya di Denpasar, Jumat (24/10).
"Dalam kasus kematian Timothy, publik dihadapkan dengan pengadilan opini media sosial. Namun syukurnya penyidik bekerja sangat profesional dan sesuai SOP," ujarnya. (E-2)


















































