Pimpinan Universitas Diponegoro memainkan peran dalam ketopa Banjaran Diponegoro.(MI/Haryanto Mega)
DALAM rangka Dies Natalis ke-68, Universitas Diponegoro (Undip) menyelenggarakan Pagelaran Ketoprak Banjaran Diponegoro di Gedung Prof. Sudarto, S.H., Kampus Tembalang. Pementasan yang dibawakan langsung oleh jajaran pimpinan Undip ini menjadi wujud nyata semangat nguri-uri budaya Jawa.
Disutradarai Sunarno (Ngesti Pandawa) dan diproduseri Laura Andri R.M, lakon ini mengangkat perjalanan hidup Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro, sosok pemimpin besar dalam Perang Jawa (1825–1830). Rektor Undip Suharnomo memerankan tokoh utama, Pangeran Diponegoro, didampingi para pimpinan universitas yang turut berperan dalam cerita.
“Dengan ilmu hidup menjadi lebih mudah, dengan agama hidup menjadi terarah, dan dengan seni hidup menjadi indah,” ujar Prof. Suharnomo dalam sambutannya. Ia menegaskan bahwa seni dan budaya merupakan bagian penting dari pembentukan karakter sivitas akademika Undip.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya UNDIP, Alamsyah, selaku ketua panitia, menjelaskan bahwa pementasan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga refleksi nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, dan keluhuran budaya Jawa yang patut dilestarikan.
Pagelaran berlangsung meriah dan sarat makna, diselingi unsur humor khas ketoprak yang mengundang tawa penonton. Kisah perjuangan Diponegoro menggambarkan keberanian, keteguhan moral, dan pengabdian terhadap rakyat—nilai-nilai yang sejalan dengan semangat Universitas Diponegoro sebagai kampus bermartabat dan berkarakter budaya.(E-2).


















































