Pesantren di Jombang Kecam Tayangan TRANS7: Tuduhan Kerja Paksa Santri Menyesatkan

4 hours ago 4
 Tuduhan Kerja Paksa Santri Menyesatkan Unggahan permintaan maaf dari Trans7 di akun Instagram.(Dok Instagram)

TAYANGAN salah satu acara bertajuk Xpose Uncensored TRANS7 yang ditayangkan pada Senin (13/10), mendapat reaksi keras dari kalangan pondok pesantren di Jawa Timur.

Reaksi datang dari salah satu pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, KH Zainul Ibad As’ad. Menurut Zainul, tayangan itu dinilai menyesatkan karena menggambarkan adanya praktik kerja paksa di lingkungan pondok pesantren.

Kyai yang akrab disapa Gus Ulib itu menegaskan, informasi tersebut tidak benar dan berpotensi mencoreng citra pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berkontribusi besar bagi bangsa dan negara.

“Di pesantren itu tidak pernah ada kerja paksa anak. Yang ada justru proses pendidikan untuk membangun kepedulian sosial, tanggung jawab, dan kesadaran terhadap lingkungan,” tegas Gus Ulib di Surabaya, Selasa (14/10).

Mengajarkan Kemandirian dan Pendidikan Karakter

Aktivitas para santri di pesantren, seperti gotong royong membersihkan lingkungan, membantu dapur umum, atau mengelola kebun pesantren, bukan bentuk kerja paksa, melainkan bagian dari pendidikan karakter dan pembiasaan hidup mandiri.

“Pesantren mendidik santri untuk hidup sederhana, peduli sesama, dan bertanggung jawab. Mereka diajarkan untuk tidak hanya cerdas secara ilmu, tapi juga matang secara moral dan sosial,” katanya.

Menurutnya, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang menyeimbangkan antara pendalaman ilmu agama (tafaqquh fiddin) dengan pembentukan akhlak dan kemandirian.

“Kalau santri belajar menanam, membersihkan halaman, atau membantu kegiatan dapur, itu bukan kerja paksa, melainkan latihan hidup agar tidak manja dan siap menghadapi kehidupan nyata,” imbuhnya.

Berhati-hati

Gus Ulib juga mengingatkan media massa agar lebih berhati-hati dalam menayangkan konten tentang pesantren, terutama jika tidak memahami kultur dan sistem pendidikan di dalamnya.

Menurutnya, framing negatif tentang pesantren dapat menimbulkan kesalahpahaman publik dan menggerus kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan Islam tradisional.

“Media seharusnya membantu menjelaskan nilai-nilai luhur pesantren, bukan justru menimbulkan stigma. Pesantren adalah tempat para santri ditempa agar menjadi manusia yang berakhlak, berilmu, dan peduli terhadap sesama,” katanya. (FL/E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |