Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) menegaskan komitmennya terhadap penerapan manajemen risiko, tata kelola yang adaptif, serta kolaborasi lintas sektor.(Dok. Pertamina NRE)
PERTAMINA New and Renewable Energy (Pertamina NRE) menegaskan komitmennya terhadap penerapan manajemen risiko, tata kelola yang adaptif, serta kolaborasi lintas sektor. Dengan semangat Turning Green into Gold, perusahaan bertekad mengakselerasi pengubahan potensi energi hijau menjadi peluang emas bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Manajemen Risiko Pertamina NRE Iin Febrian mengatakan, keberhasilan transisi energi tak hanya bertumpu pada teknologi dan kebijakan, tetapi juga pada Sumber Daya Manusia (SDM) yang berintegritas dan adaptif.
"Sebagus apapun sistem dan infrastruktur yang kita bangun, semuanya kembali pada people. Karena itu, membangun risk culture menjadi kunci agar setiap individu memahami perannya dalam menjaga keberlanjutan bisnis," ujar Iin dalam keterangannya dikutip pada Minggu (26/10).
Di Pertamina NRE, risiko bukan penghalang, melainkan bahan bakar pertumbuhan. Semangat inilah yang merangkum esensi Risk Management Forum 2025: Turning Green into Gold yang menjadi ajang kolaborasi untuk memperkuat budaya manajemen risiko dan menyinergikan langkah lintas fungsi demi percepatan transisi energi bersih.
Iin menyampaikan bahwa forum ini mencerminkan konsistensi perusahaan dalam menumbuhkan risk culture di seluruh lini. Tema Turning Green into Gold menjadi cara pandang PNRE untuk mengubah tantangan pengembangan energi hijau menjadi peluang bernilai ekonomi.
"Risiko ada, tetapi itu bukan hambatan untuk tumbuh; yang penting adalah mitigasinya sebaik mungkin," ujar Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina (Persero), Ahmad Siddik Badrudin.
Sejalan dengan penekanan pada manusia dan budaya, Ahmad Siddik menyoroti fungsi manajemen risiko sebagai pagar strategi.
"Setiap inisiatif bisnis harus bergerak dalam koridor risk appetite perusahaan, mengantisipasi potensi risiko, dan menyiapkan risk treatment yang tepat agar risiko terkelola dan nilai bisnis bertumbuh," ucap dia.
Pada kesempatan tersebut, Deputi Bidang perencanaan Penanaman modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Dedi Latip mengatakan, BKPM sedang mensikronkan regulasi untuk mempercepat transisi menuju Net Zero Emission. RUU Energi Terbarukan, sambung dia, hampir rampung dan didorong segera disahkan agar pembangunan energi bersih melaju masif.
"Indonesia punya potensi hidrogen, panas bumi, dan surya yang besar. Tugas kita memastikan potensi itu diimplementasikan, bukan sekadar dibicarakan," ujar Dedi Latip.
Dengan regulasi yang semakin jelas dan manajemen risiko yang kian matang, potensi energi hidrogen, panas bumi, dan surya di Indonesia berpeluang lebih cepat diwujudkan menjadi manfaat nyata bagi masyarakat dan perekonomian. (Fal/E-1)


















































