
PARA peneliti menemukan beberapa perhiasan kuno yang menjadi koleksi Museum Czestochowa di Polandia terbuat dari besi meteorit.
Tim ilmuwan dari Polandia dan Prancis menganalisis benda-benda pemakaman dari dua kompleks kuburan Zaman Besi Awal, yakni Czestochowa-Raków dan Czestochowa-Mirów. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana para pandai besi kuno menggunakan bahan kosmik dalam kerajinan mereka.
Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Archaeological Science. Laporan itu memastikan tiga gelang, satu cincin kaki, dan satu pin mengandung besi meteorit. Ini menjadikan mereka salah satu kelompok artefak terbesar yang diketahui dari bahan tersebut dalam sebuah situs arkeologi.
Kuburan ini berasal dari sekitar tahun 750–600 SM dan dikaitkan dengan budaya Lusatia, yang menghuni wilayah yang kini mencakup Polandia, Ceko, Slovakia, Jerman timur, dan Ukraina barat.
Selama bertahun-tahun, arkeolog hanya mengetahui keberadaan dua gelang besi meteorit dalam koleksi Museum Czestochowa. Jerzy Zimny, seorang arkeolog, pertama kali meneliti benda-benda ini pada 1960-an. Namun, pada 2022, Profesor Albert Jambon, spesialis meteorit dari Universitas Sorbonne, bersama Dr. Karol Dziegielewski dari Universitas Jagiellonian, meninjau kembali artefak ini. Studi terbaru mereka berhasil mengidentifikasi tiga ornamen tambahan yang juga terbuat dari besi meteorit.
Para ilmuwan menggunakan teknik spektrometri fluoresensi sinar-X portabel (p-XRF) serta mikroskop elektron pemindaian (SEM/EDS) untuk menganalisis 26 artefak. Teknologi canggih ini mengungkapkan kadar nikel yang tinggi—ciri khas dari ataxite, jenis meteorit besi yang langka. Hasil penelitian menunjukkan kelima objek besi meteorit tersebut kemungkinan berasal dari satu meteorit yang jatuh di masa itu, bukan dari bahan yang diimpor.
Pada Zaman Perunggu, besi meteorit sangat dihargai karena kelangkaannya. Namun, penggunaannya dalam pemakaman Zaman Besi menunjukkan adanya perubahan persepsi. Masyarakat sebelumnya menganggap besi meteorit sebagai bahan yang memiliki makna simbolis atau ritual yang besar.
Sebaliknya, budaya Lusatia tampaknya hanya melihatnya sebagai bahan baku yang tersedia. Keberadaan besi meteorit dan besi hasil peleburan dalam konteks pemakaman yang sama, baik melalui kremasi maupun penguburan, menunjukkan bahwa besi meteorit tidak hanya diperuntukkan bagi kelompok sosial tertentu atau tujuan keagamaan.
Dr. Dziegielewski menyatakan tidak ada bukti peleburan besi lokal di Polandia selama periode tersebut. Ini berarti besi biasa dalam artefak tersebut kemungkinan besar diimpor, sedangkan besi meteorit hampir pasti berasal dari wilayah setempat. Hal ini mendukung teori para pengrajin kuno mungkin mengumpulkan dan mengolah besi meteorit tak lama setelah jatuh ke Bumi.
Salah satu aspek menarik dari penemuan ini adalah cara besi meteorit digunakan dalam perhiasan. Komposisi logam yang bervariasi dalam satu artefak menunjukkan bahwa para pandai besi mencampurkan besi meteorit dengan besi peleburan untuk menciptakan efek estetika atau struktural tertentu. Teknik ini muncul hampir satu milenium sebelum dunia mengenal baja Wootz dan baja Damaskus, yang menimbulkan pertanyaan baru tentang inovasi metalurgi awal.
Temuan ini memperluas pemahaman kita tentang metode pengolahan besi kuno. Para peneliti kini berencana mengeksplorasi situs lain di Polandia untuk mencari kemungkinan keberadaan artefak besi meteorit serupa. (archaeology News/Z-2)