
APOTEKER lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) Apt. Dr. Lusy Noviani, MM tidak menyarankan penggunaan oli maupun air liur ketika melakukan perawatan luka.
"Kadang kita dikefarmasian, mungkin teman-teman vokasi dan apoteker sering ketemu ya (di tempat praktik), kalau lukanya ringan, kecil ya abaikan aja, kadang itu sembuh sendiri. Padahal prinsip penatalaksanaannya bukan mengobati luka, tapi mengatasi juga
komplikasinya," kata Lusy, dikutip Jumat (17/10).
Lusy mengatakan isu yang beredar mengenai penggunaan keduanya merupakan mitos yang sudah lama beredar dalam masyarakat dan justru membahayakan area tubuh yang sudah terluka.
Penggunaan air liur yang dikatakan mempercepat penyembuhan luka menurutnya bukanlah hal yang tepat. Air liur dapat menyebabkan infeksi karena berisiko membawa bakteri lain masuk melalui luka.
Sementara penggunaan oli yang dipercaya dapat mendinginkan luka, akan mempersulit tenaga medis untuk melihat luka dan memperparah kondisi pasien yang bersangkutan karena dituang dalam keadaan kotor.
Lusy menyatakan mitos-mitos semacam itu sampai hari ini merupakan salah satu tantangan bagi dunia kefarmasian dalam mengedukasi serta menyajikan tata cara perawatan luka yang valid pada masyarakat. Ditambah masih ada pihak-pihak yang menganggap luka kecil sebagai hal yang remeh.
Maka dari itu, Lusy berpesan pada seluruh apoteker untuk berinisiatif memberikan edukasi serta melakukan pemeriksaan yang rinci sebelum meresepkan sejumlah obat.
Ia mengatakan pemeriksaan dapat dimulai dengan melihat kondisi luka pasien untuk memastikan apakah luka bisa ditangani atau membutuhkan kolaborasi dengan dokter untuk dirujuk ke rumah sakit.
"Apakah lukanya luka ringan atau lukanya memang sudah berat, takut atau prognostik kedalaman luka dan seterusnya," katanya.
Kemudian yang kedua, tanyakan apakah ada faktor-faktor yang membuat pasien ini perlu diperhatikan. Misalnya pasien memiliki alergi atau ada komorbid untuk memastikan tata laksana yang diberikan berbeda dari luka biasa. (Ant/Z-1)