
ENDY Arfian memerankan sosok Omar dalam film Pengin Hijrah, dan peran ini langsung menarik perhatian pemain lainnya karena perpaduan karakter yang unik, charismatic, berprinsip agama, namun tetap menampilkan sisi-sisi anak muda yang rentan dan manusiawi.
Mendapatkan julukan playboy syariah yang membuat karakter Omar terasa dalam, tapi bagi Endy, Omar lebih dari sekadar label sensasional, dia adalah tokoh yang green flag, yakni punya kualitas positif yang layak diteladani.
Secara garis besar Pengin Hijrah bercerita tentang perjalanan dua sahabat muda, Alina dan Omar, yang sama-sama menghadapi konflik batin dan kehidupan personal. Alina digambarkan sebagai sosok perempuan tangguh yang berusaha menyelesaikan persoalan hidupnya, sedangkan Omar adalah gambaran laki-laki muda yang memadukan daya tarik personal dengan nilai-nilai spiritual.
Film ini menempatkan proses perubahan (hijrah) sebagai rangkaian pengalaman dan pilihan, bukan sekadar simbol ritualistik.
Endy mengungkapkan bahwa pembentukan Omar dilakukan dari nol. “Tidak ada sosok tertentu yang aku tiru. Omar benar-benar karakter baru yang harus dibentuk dari awal,” kata Endy di Kemang (13/10). Untuk menjaga otentisitas, ia melakukan riset budaya dan bahasa karena Omar memiliki latar Uzbekistan–Indonesia, ia mempelajari logat dan beberapa dialog dalam bahasa Uzbekistan agar penampilannya believable.
Meski pada awal skrip Omar digambarkan terlalu sempurna, Endy sengaja menambahkan celah-celah humanis seperti kekurangan kecil, gesture canggung, atau momen naif yang membuat karakternya relatable. “Kalau dia sempurna terus, jadi nggak real. Kita butuh sisi yang menunjukkan dia tetap manusia,” ujarnya. Pendekatan ini menjadikan Omar sosok yang menginspirasi.
Perpaduan sifat Omar antara tauhid yang kuat, sikap gentle, dan sisi anak muda yang jujur justru menggeser persepsi bukan playboy biasa, melainkan figur yang menunjukkan bahwa keislaman bisa hidup berdampingan dengan keautentikan personal.
Endy berharap Omar menjadi contoh bahwa keteguhan spiritual tidak harus mengorbankan kemanusiaan. Dengan visual lokasi yang bervariasi (dari Uzbek hingga lokasi-lokasi di Indonesia seperti Bogor dan Belitung), film ini menempatkan Omar di berbagai konteks sosial yang membantu membentuk karakternya.
Secara ringkas, Omar bukan tokoh sempurna yang ditampilkan sebagai ideal yang tidak realistis. Dia sosok kompleks dan berlapis salah satu alasan penonton muda mungkin justru merasa “pengen” mencontoh sisi-sisi baiknya, tanpa dihakimi.
Film ini dijadwalkan tayang nasional pada 30 Oktober 2025, dan para pemeran berharap penonton menonton dengan pikiran terbuka.