Ilustrasi(MI/AKHMAD SAFUAN)
BANJIR melanda Jalur Pantura Semarang-Demak di Jalan Kaligawe Raya, Kota Semarang dan Sayung, Kabupaten Demak mengakibatkan kerugian besar bagi para pengusaha, pengemudi dan tenaga kerja angkutan barang.
Pemantauan Media Indonesia Sabtu (1/11) banjir terjadi lebih dari sepekan lalu hingga saat ini masih merendam jalur Pantura Semarang-Demak yakni Jalan Kaligawe Raya, Kota Semarang dan Sayung, Kabupaten Demak akibat intensitas hujan yang masih tinggi dan air laut pasang (rob) di perairan utara Jawa Tengah.
Tidak hanya di Jalur Pantura tersebut, banjir juga merendam jalur alternatif, mengakibatkan arus lalulintas macet panjang hingga belasan kilometer dan banyak kendaraan baik berukuran besar, kecil maupun sepeda motor mendalami rusak mesin (mogok), membuat puluhan petugas kepolisian dan relawan selama 24 jam bersiaga membantu pengendara yang terjebak macet.
"Saya sampai dua hari tidak dapat melintas akibat jalur Pantura yang terendam banjir, uang makan juga sudah habis sehingga pasrah," kata Suryadi,45, sopir truk mengangkut tepung dari Lampung tujuan Pati, Jawa Tengah.
Hal serupa juga diungkapkan Trenggono,50, sopir truk dari Surabaya membawa barang kelontong dengan tujuan Bandung mengaku mengalami keterlambatan pengiriman barang karena terjebak macet, dari Demak ke Semarang biasanya hanya ditempuh dalam waktu 1 jam kini harus ditempuh 6 karena tertahan macet akibat banjir itu.
Meskipun para pengusaha dapat memahami keterlambatan ini, ungkap Haryono,36, namun bagi sopir dan kernet mendalami kerugian cukup besar, selain kehilangan waktu juga uang yang gabus di jalan. "Para sopir dan kernet dapat uang dari sisa ongkos perjalanan berkisar Rp300 ribu-Rp500 ribu, jika macet seperti ini maka kerja tapi dipastikan tidak dapat uang," tambahnya.
Pengusaha Merugi
Kerugian akibat banjir di Jalur Pantura tidak hanya dirasakan para pengendara, tetapi juga para pengusaha angkutan barang l, bahkan akibat banjir Selana hampir 10 hari ini diperkirakan kerugian pengusaha baikvfi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DIY, DKI dan Banten serta provinsi lain yang menggunakan akses jalan tersebut capai miliaran rupiah.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng dan DIY Bambang Widjanarko mengatakan bahwa akibat banjir merendam jalur Pantura di Kota Semarang dan Demak, kerugian yang harus ditanggung para pengusaha sangat besar. "Banjir kalibini merupakan terbesar, biasanya 2-3 hari tetapi sekarang sudah 10 hari belum surut," tambahnya.
Dihitung kerugian dialami para pengusaha, ungkap Bambang Widjanarko, sangat besar, rata-rata akibat angkutan barang (truk) tidak beroperasi Rp1 juta per hari kehilangan pemasukan, bahkan kerugian lebih parah karena kendaraan mengalami kerusakan lebih besar karena harus melakukan perbaikan dari mulai Rp20 juta-Rp50 juta per kendaraan.
"Buat perawatan kendaraan juga meningkat, karena lamanya terendam di banjir kaki-kaki truk gampang rusak dan bodi truk keropos," ujar Bambang Widjanarko.
Kerugian paling dirasakan adalah okeh para sopir, menurut Bambang Widjanarko, karena mereka sangat tergantung pada ritme perjalanan, pada kondisi normal bisa enam kali bolak-balik Jakarta–Surabaya dalam sebulan, tetapi akibat banjir ini hanya tiga kali, sehingga pendapatan turun 50 persen karena truk parkir nunggu air surut.
Banjir di Kota Semarang dan Demak, demikian Bambang Widjanarko, merupakan masalah klasik yang tidak kunjung selesai, tetapi lamanya banjir terjadi sekarang disebabkan lamanya proses pengerjaan proyek tanggul laut raksasa atau giant seawall yang membendung air laut, sehingga air yang seharusnya cepat mengalir ke laut tertahan di darat.
"Kenaikan muka air laut dan penurunan tanah juga membuat kawasan industri di Terboyo dan Genuk makin rawan tergenang setiap tahun," tambahnya. (H-2)


















































