Peneliti Temukan Otak Dapat Menggunakan Lemak sebagai Sumber Energi

3 hours ago 2
Peneliti Temukan Otak Dapat Menggunakan Lemak sebagai Sumber Energi Ilustrasi(freepik)

PARA ilmuwan menemukan otak tidak hanya bergantung pada gula untuk berfungsi, tetapi juga mampu menggunakan lemak sebagai sumber energi. Temuan ini bisa menjadi langkah penting dalam pengembangan terapi baru untuk gangguan saraf langka.

Penelitian kolaboratif antara University of Queensland (Australia) dan University of Helsinki (Finlandia) mengungkap neuron dapat memanfaatkan lemak untuk menghasilkan energi. Hal ini menantang pandangan lama bahwa otak hanya bergantung pada glukosa. Lebih jauh lagi, ketika kebutuhan energi meningkat, neuron ternyata dapat memproduksi lemak sendiri dengan mendaur ulang komponen selnya. Proses ini dikendalikan oleh protein penting bernama DDHD2.

Hereditary Spastic Paraplegia 54

Namun, ketika protein DDHD2 gagal berfungsi, proses ini terhenti dan menyebabkan gangguan serius pada otak. Kondisi ini terjadi pada penyakit langka Hereditary Spastic Paraplegia 54 (HSP54), di mana neuron kehilangan kemampuan menghasilkan lemak yang dibutuhkan untuk energi dan komunikasi antar sel saraf.

Anak-anak yang menderita HSP54 biasanya mulai mengalami kesulitan bergerak dan berpikir sejak usia dini. Meski begitu, hasil penelitian terbaru ini memberi harapan baru. Dalam percobaan laboratorium, para ilmuwan berhasil memulihkan fungsi neuron yang rusak dengan memberi tambahan asam lemak. Hanya dalam 48 jam, sel-sel tersebut kembali menghasilkan energi dan berfungsi normal.

“Ini benar-benar terobosan besar,” kata Dr. Merja Joensuu, peneliti utama dari Australian Institute for Bioengineering and Nanotechnology. “Kami menunjukkan bahwa neuron sehat memerlukan lemak untuk bahan bakar, dan ketika jalur ini terganggu pada kondisi seperti HSP54, kerusakannya bisa diperbaiki dan fungsi saraf dapat dipulihkan.”

Uji Keamanan

Langkah selanjutnya dari penelitian ini adalah menguji keamanan dan efektivitas terapi berbasis asam lemak dalam model praklinis. Tujuannya untuk mengetahui apakah pendekatan serupa dapat diterapkan pada manusia, termasuk untuk gangguan neurologis lain yang belum memiliki pengobatan efektif.

“Kami akan melanjutkan kolaborasi dengan menggunakan teknologi pencitraan otak non-invasif untuk mempercepat pengembangan terapi potensial,” ujar Dr. Giuseppe Balistreri dari University of Helsinki. “Penemuan ini tidak hanya menulis ulang buku teks sains, tetapi juga berpotensi mengubah hidup banyak orang.”

Temuan ini membuka babak baru dalam pemahaman cara kerja otak dan menyoroti peran penting lemak sebagai sumber energi alternatif dalam sistem saraf manusia. (Science Daily/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |