Pemerintah Diharapkan Tetap Pertahankan Jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi

1 month ago 13
Pemerintah Diharapkan Tetap Pertahankan Jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi KOORDINATOR Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim.(Dok. Antara)

KOORDINATOR Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim berharap mekanisme jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) tetap dipertahankan oleh pemerintah ke depan. Pasalnya terdapat isu jalur ini akan digantikan.

“Kami mendengar ada rencana dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah bersama dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi bahwa jalur SNBP akan digantikan dengan jalur tes kompetensi akademik (TKA). Nah, yang berdasarkan tes lima mata pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan dua mata pelajaran pilihan,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (19/3).

Alasannya pemerintah akan mengganti jalur SNBP dengan TKA adalah karena jalur SNBP yang mengandalkan nilai rapor selama ini dinilai tidak sepenuhnya berintegritas. Karena ada fakta-fakta bahwa guru menaikkan nilai siswa untuk mendapatkan jalur SNBP.

“Kami sebenarnya sangat menyayangkan ya pernyataan Pak Menteri tersebut. Karena jalur SNBP itu memberikan apresiasi kepada anak-anak yang memiliki prestasi baik secara akademik yang dibuktikan dengan nilai rapor dan juga prestasi non-akademik. Jadi sebenarnya jalur undangan atau SNBP itu tidak hanya menilai siswa dari prestasi akademik nilai rapor saja. Tapi juga mengkombinasikan antara nilai rapor ditambah dengan prestasi non-akademik yang dibuktikan dengan sertifikat-sertifikat yang diperoleh oleh siswa misalnya lomba, sertifikat olimpiade, sertifikat penghargaan-penghargaan baik yang levelnya nasional bahkan internasional,” jelas Satriwan.

SNBP juga dikatakan akan berpengaruh terhadap indeks sekolah, di mana variable dari akreditasi sekolah dilihat berdasarkan performa dari alumni sekolah tersebut yang diterima di SNBP tahun sebelumnya.

“Oleh karena itu saya pikir ini menjadi jalur yang sangat berkeadilan sebenarnya yang namanya SNBP melalui prestasi rapor,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia juga berharap pemerintah lebih memprioritaskan untuk jalur masuk peruguran tinggi negeri memiliki persentase yang lebih besar kepada Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan jalur mandiri.

Satriwan juga menilai bahwa kampus itu betul-betul menjadi ruang demokratis dan laboratorium pembelajaran demokrasi bagi mahasiswa. Oleh karena itu menjadi sebuah keniscayaan dan kebutuhan yang paling fundamental bagaimana negara memberikan kampus itu ruang-ruang untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi untuk menjadi tempat pembelajaran demokrasi.

“Oleh karena itu kami berharap mahasiswa saat ini dan ke depan nanti tetap mengoptimalkan potensi-potensi mereka sebagai bagian dari civil society, sebagai bagian dari pilar demokrasi yang kemudian berperan memberikan kritik, memberikan saran, masukan kepada pemerintah,” tegas Satriwan.

Secara terpisah, pengamat pendidikan sekaligus CEO Jurusanku, Ina Liem menambahkan bahwa tantangan bagi mahasiswa baru ke depannya adalah beradaptasi baik secara akademis, maupun dalam bersosialisasi, khususnya bagi para perantau.

“Dalam hal akademis, sebetulnya di tingkat pendidikan tinggi, jangan berharap disuapin. Mahasiswa harus belajar mandiri dan proaktif. Sebelum masuk perkuliahan, diharapkan mahasiswa sudah baca terlebih dahulu materi yang akan disampaikan, sehingga saat dosen menjelaskan kita tidak ‘blank’. Kita bisa langsung terlibat aktif, baik itu bertanya ataupun mempertanyakan (berpikir kritis),” ujar Ina Liem.

Selanjutnya dalam hal sosialisasi, di perguruan tinggi mahasiswa akan bertemu dengan teman-teman yang mungkin lebih beragam dibanding di saat menempuh pendidikan di SMA.

“Jadi harus belajar toleransi dan bisa berbaur, jangan hanya berteman dengan yang ‘sama’ entah itu agama, suku, gender, dst. Waktu kerja kelompok, usahakan justru profilnya berbeda-beda, karena hasilnya justru lebih inovatif biasanya,” tandasnya. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |