Pelemahan Rupiah Berpotensi Lampaui Krismon

2 weeks ago 11
Pelemahan Rupiah Berpotensi Lampaui Krismon Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

PELEMAHAN nilai tukar rupiah berpotensi melampaui titik terendah pada 1998 saat krisis moneter (krismon) terjadi. Mata uang Indonesia diperkirakan bakal melemah hingga Rp16.900 pada akhir pekan ini. 

Sebab utama rupiah terdepresiasi kali ini ialah wacana penerapan tarif dagang yang tinggi dari Amerika Serikat. Rencananya, kebijakan itu menyasar ke negara-negara yang memiliki surplus dagang terhadap AS. Tak terkecuali Indonesia. 

Kebijakan tarif tinggi itu bakal diumumkan oleh Presiden AS Donald J. Trump pada Rabu (2/4) waktu setempat. Hal itu berpotensi membuat nilai tukar rupiah mengalami depresiasi lebih dalam lantaran hingga Jumat (4/4) Bank Indonesia tak melakukan intervensi lantaran masih dalam periode libur Lebaran.

"Kenapa hari ini mendekati 16.700 lebih? Karena libur semua. Ini yang saya khawatirkan. Karena kejadian tahun 2024 sampai Rp16.000 per dolar AS karena kan libur. Ini pun juga sama, libur terlalu lama," ujar pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi saat dihubungi, Rabu (2/4). 

"Kalau saat ini di Rp16.700, bisa saja besok di Rp16.800 dan mentok di Rp16.900. Mungkin pada saat di hari Senin berikutnya Bank Indonesia melakukan intervensi, (bisa) langsung turun lagi. Saya menganggap bahwa Rp16.900 itu level tertinggi," tambahnya. 

Pada saat krisis moneter terjadi, nilai tukar rupiah terjun bebas hingga Rp16.800 per dolar AS. Prediksi rupiah yang bakal melemah hingga di kisaran Rp16.900 per dolar AS juga lebih buruk dari kurs terendah saat pandemi covid-19 yang tercatat Rp16.741 per dolar AS. 

Adapun merujuk dari Bloomberg, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat Rp16.712,5 pada Rabu (2/4) pukul 15.00 WIB. Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp16.566 per dolar AS pada perdagangan terakhir sebelum libur lebaran, Kamis (27/3).

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mendorong agar Bank Indonesia dapat segera melakukan intervensi saat pembukaan perdagangan pada Senin (2/4). Bank sentral dinilai memiliki modal yang cukup untuk menahan depresiasi rupiah lebih dalam. 

"Cadangan devisa kita itu masih gemuk, kira-kira masih di atas US$150 miliar. Jadi harusnya Bank Indonesia bisa cepat mengintervensi, sehingga rupiah tidak terus mengalami pelemahan," kata dia dihubungi terpisah. (Mir/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |