
TIGA pelajar SMA asal Indonesia yang tergabung dalam Tim Bayu Sakti berhasil menorehkan prestasi membanggakan di ajang World Robot Summit (WRS) 2025, yang digelar 10-12 Oktober di Fukushima, Jepang. Sebagai satu-satunya wakil Indonesia sekaligus tim termuda dalam kompetisi ini, mereka sukses menembus empat besar dunia pada kategori Disaster Robotics Drone.
Kompetisi bergengsi tersebut diselenggarakan Fukushima Institute for Research, Education, and Innovation (FREI) bersama Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, dan diikuti para ahli robotika dari berbagai negara.
Tim Bayu Sakti beranggotakan tiga pelajar SMA, Ksatria Wibawa Putra Murti, 16, dan Owen Tay Jia Hao,16, dari ACS Jakarta, serta Arga Wibawa, 18, dari SMA Al Irsyad, yang baru lulus tahun ini. Mereka bertanding dalam kategori Standard Disaster Robotics Drone Challenge, yang menguji kemampuan otonomi, pemetaan, dan manuver drone dalam skenario bencana.
“Ini melampaui ekspektasi kami. Target kami hanya ingin lolos ke WRS dengan membawa nama baik Indonesia. Nyatanya kami bisa sampai final dan masuk empat besar,” kata Ksatria, Ketua Tim Bayu Sakti.
“Kami mengalahkan tim-tim lain yang beranggotakan mahasiswa atau peneliti dengan pengalaman dan peralatan lebih lengkap,” tambah Owen.
“Sebagai tim paling muda, hasil ini membuktikan bahwa SDM Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara maju,” sambung Arga.
Dalam ajang tersebut, tim ini menampilkan drone Rajawali, sebuah drone bertenaga kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan secara mandiri selama enam bulan. Rajawali mampu melakukan pemetaan area bencana, bergerak secara otonom, serta mendeteksi berbagai indikator bencana, seperti retakan, label hazard, karat, dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
“Indonesia adalah negara rawan bencana. Kami ingin mengembangkan solusi nyata untuk menjawab tantangan ini,” ujar Ksatria.
“Ini baru langkah awal. Harapan kami, ke depan Indonesia bisa mandiri dalam teknologi penanggulangan bencana,” tutur Owen.
World Robot Summit merupakan kompetisi dan pameran robotika internasional yang bertujuan mempercepat riset, inovasi, dan penerapan teknologi robotika di dunia nyata. Tidak semua peserta dapat langsung mengikuti ajang ini, Tim Bayu Sakti sebelumnya harus lolos tahap kualifikasi desain robot yang dikenal sangat ketat.
Keberhasilan Tim Bayu Sakti menjadi bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia memiliki potensi besar dalam teknologi robotika dan kecerdasan buatan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di panggung inovasi global. (Z-2)