
KOMISI Penyelidikan Internasional Independen tentang Wilayah Palestina yang Diduduki dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 2021 bertugas menyelidiki semua dugaan pelanggaran hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional. Temuan terbarunya yaitu Israel semakin meningkatkan tindakan kekerasan seksual terhadap warga Palestina.
Komisi yang beranggotakan tiga orang itu mengatakan laporan barunya didasarkan pada kesaksian dari para korban dan saksi kekerasan seksual dan reproduksi. Beberapa di antara mereka berbicara selama dua hari dengar pendapat publik yang diadakan di Jenewa, awal minggu ini, serta foto dan rekaman video yang diverifikasi. Ada pula informasi dari masyarakat sipil dan organisasi hak-hak perempuan.
Ketua komisi Navi Pillay, mantan kepala hak asasi manusia PBB asal Afrika Selatan, mengatakan bukti yang dikumpulkan mengungkapkan peningkatan yang menyedihkan dalam kekerasan seksual dan berbasis gender. Menurutnya, ini digunakan oleh Israel terhadap warga Palestina, "Untuk meneror mereka dan melanggengkan sistem penindasan yang merusak hak mereka untuk menentukan nasib sendiri."
Laporan tersebut menyatakan bentuk-bentuk kekerasan seksual dan berbasis gender tertentu, seperti menelanjangi dan mencabuli di depan umum, pelecehan seksual termasuk ancaman pemerkosaan, serta penyerangan seksual. Parahnya lagi, "Ini merupakan bagian dari prosedur operasi standar Pasukan Keamanan Israel terhadap warga Palestina," tegasnya.
Bentuk-bentuk kekerasan lain, termasuk pemerkosaan dan kekerasan pada alat kelamin, "Dilakukan baik berdasarkan perintah yang tegas maupun dengan dorongan tersirat oleh pimpinan sipil dan militer Israel," demikian tuduhannya.
Laporan tersebut tidak memberikan contoh perintah tegas dari komandan atau pejabat senior. Namun, laporan tersebut mengutip pernyataan dari menteri Israel yang membela tentara yang dituduh melakukan penganiayaan berat terhadap tahanan Palestina di pangkalan militer Sde Teiman tahun lalu.
Anggota komisi Chris Sidoti, seorang pengacara hak asasi manusia Australia, mengatakan kepada BBC, "Kekerasan seksual kini begitu meluas sehingga hanya dapat dianggap sistematis. Kekerasan tersebut telah melampaui tingkat tindakan acak oleh individu-individu nakal."
Israel telah menolak tuduhan penganiayaan dan penyiksaan yang meluas terhadap tahanan Gaza. Mereka mengeklaim sepenuhnya berkomitmen pada standar hukum internasional.
Fasilitas reprodusi dihancurkan
Laporan tersebut mengatakan bahwa komisi tersebut juga menemukan bahwa pasukan Israel telah secara sistematis menghancurkan fasilitas perawatan kesehatan seksual dan reproduksi di seluruh Gaza selama perang selama 17 bulan di sana.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa perempuan dan anak perempuan telah meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan karena kondisi yang diberlakukan oleh otoritas Israel yang telah menolak akses ke perawatan kesehatan reproduksi. Kata Pillay, hal itu merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan.
Komisi tersebut juga menuding bahwa otoritas Israel, "Menghancurkan sebagian kapasitas reproduksi warga Palestina di Gaza sebagai suatu kelompok," melalui penghancuran sistematis fasilitas perawatan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk rumah sakit bersalin dan bangsal bersalin di rumah sakit dan klinik fertilitas in-vitro utama di Gaza, Pusat IVF Al-Basma di Kota Gaza.
Hal ini sama dengan, "Dua kategori tindakan genosida dalam Statuta Roma dan Konvensi Genosida, termasuk secara sengaja menciptakan kondisi kehidupan yang bertujuan menyebabkan kehancuran fisik warga Palestina dan memberlakukan tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran," simpulnya.
Pencegahan kelahiran
Menurut laporan tersebut, laboratorium embriologi di Al-Basma diserang pada awal Desember 2023. Dilaporkan, serangan itu menghancurkan sekitar 4.000 embrio serta 1.000 sampel sperma dan sel telur yang tidak dibuahi.
Dikatakan bahwa komisi tersebut menentukan melalui analisis visual gambar bahwa kerusakan tersebut disebabkan oleh kaliber besar proyektil, kemungkinan besar peluru tank Israel. Proyektil itu sengaja ditembakkan oleh pasukan Israel.
Baca juga : Trump Ancam Maut, Rakyat Palestina Merdeka atau Mati
Namun, militer Israel mengatakan kepada ABC News saat itu bahwa mereka tidak mengetahui serangan terhadap klinik tersebut. BBC telah menghubungi IDF untuk memberikan komentar.
"Penghancuran fasilitas kesehatan yang disengaja merupakan salah satu masalah serius bagi hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia. Namun, dari analisis kami terhadap serangan terhadap klinik ini, tampak bahwa serangan itu secara sadar dan sengaja diarahkan untuk menghancurkan layanan reproduksi," kata Sidoti. "Konsekuensi dari hal ini adalah pencegahan kelahiran."
Bantahan Israel
Dalam suatu pernyataan, misi Israel untuk PBB di Jenewa mengatakan laporan itu ialah, "Upaya yang tidak tahu malu untuk memberatkan (Pasukan Pertahanan Israel) dan menciptakan ilusi penggunaan sistemik (kekerasan seksual dan berbasis gender)."
Laporan itu mengkritik keputusan komisi yang menggunakan, "Informasi dari sumber tunggal yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Menurutnya, itu tidak konsisten dengan standar dan metodologi PBB yang telah ditetapkan.
Pernyataan itu juga menekankan bahwa IDF memiliki, "Arahan, prosedur, perintah, dan kebijakan konkret yang secara tegas melarang pelanggaran tersebut," serta mekanisme untuk menyelidiki setiap insiden dugaan kekerasan seksual.
Perdana menteri Israel juga menolak temuan laporan itu dan menyebut Dewan Hak Asasi Manusia sebagai sirkus anti-Israel.
"Alih-alih berfokus pada kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan oleh organisasi teroris Hamas dalam pembantaian terburuk yang dilakukan terhadap orang-orang Yahudi sejak Holocaust, PBB kembali memilih untuk menyerang Negara Israel dengan tuduhan palsu, termasuk tuduhan kekerasan seksual yang tidak berdasar," kata Netanyahu.
Mahkamah Internasional sedang mendengarkan kasus yang diajukan oleh Afrika Selatan yang menuduh pasukan Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Israel dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Militer Israel melancarkan kampanye untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Lebih dari 48.520 orang telah tewas di Gaza sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
Sebagian besar dari 2,1 juta penduduk Gaza juga telah mengungsi beberapa kali. Hampir 70% bangunan diperkirakan rusak atau hancur; sistem perawatan kesehatan, air, sanitasi, dan kebersihan telah runtuh; dan terjadi kekurangan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan tempat tinggal. (BBC/I-2)