Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti, lewat pidato National Statement pada Konferensi Umum Ke-43 UNESCO di Kota Samarkand, Uzbekistan.(MI/Abdul Kohar)
                            SEJARAH tercipta di Samarkand, Uzbekistan, pada Selasa (4/11). Untuk pertama kalinya, bahasa Indonesia resmi digunakan dalam sidang UNESCO. Penggunanya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti, lewat pidato National Statement pada Konferensi Umum Ke-43 UNESCO di Kota Samarkand, Uzbekistan.
Tempat pelaksanaan konferensi di Samarkand, Uzbekistan, juga sejarah. Inilah untuk kali pertama sejak 1985, sidang UNESCO digelar di luar markas UNESCO di Paris, Prancis. Maka, kata Mendikdasmen Abdul Mu'ti, peristiwa ini merupakan sejarah penting bagi Indonesia dan tuan rumah, Uzbekistan.
Karena sejarah itulah, Mendikdasmen memberikan 'totalitas', terutama agar bahasa Indonesia kian mendunia dan jadi bahasa resmi PBB setidaknya tahun 2040 mendatang. "Apalagi sekarang bahasa Indonesia sudah diterima di 57 negara di dunia. Kita punya BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yang dikerja samakan Badan Bahasa dengan KBRI," kata Abdul Mu'ti kepada Media Indonesia, di Samarkand, Uzbekistan, Selasa (4/11).
Bukti bahwa Mendikdasmen sangat antusias dalam penginternasionalan bahasa Indonesia ialah saat menggunakan pantun dalam pidato di Sidang Umum UNESCO itu. Pantun merupakan tradisi lisan dan tradisi penuturan yang menjadi bagian penting pembentuk bahasa Indonesia.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti memasukkan pantun saat membuka dan menutup pidatonya di The 43rd Session of the UNESCO General Conference itu. Di pembuka, Abdul Mu'ti menyampaikan pantun:
"Bunga selasih mekar di taman, petik setangkai buat ramuan. Terima kasih saya ucapkan, atas kesempatan menyampaikan pernyataan."
Setelah itu, meluncurlah sejumlah pernyataan Abdul Mu'ti tentang ajakan bagi dunia untuk peduli terhadap Gaza dan masa depannya, setelah pendidikan, anak-anak, dan budayanya dibumihanguskan Israel. Mendikdasmen juga bicara tentang pendidikan di Indonesia, tantangan masa depan dan martabat manusia di era penetrasi artifisial intelijen dan digital, serta pentingnya kerja sama antarnegara.
Total pidato Abdul Mu'ti berdurasi hampir 8 menit, lebih lama daripada batas waktu yang diberikan oleh pihak UNESCO yang cuma 6 menit. Tadinya, pihak perwakilan Indonesia di UNESCO sempat hendak 'menyortir' salah satu pantun dalam pidato itu. Awalnya, pantun cukup disampaikan sebagai penutup pidato.
Tapi, Mendikdasmen tetap menganggap bahwa kedua pantun itu penting sebagai penanda keunikan dan kekayaan hazanah bahasa Indonesia. Jadilah, kedua pantun itu tetap dibacakan.
Mu'ti pun menutup pidato selama hampir 8 menit, itu dengan pantun:
"Dari Jakarta ke Samarkan, kota bersejarah nan menawan. Jika manusia bergandeng tangan, dunia kan indah penuh kedamaian."
Tepuk tangan dari seluruh delegasi sidang pun bergemuruh. Pantun dan bahasa Indonesia pun mulai menggema di sidang yang amat terhormat di Sidang Umum UNESCO, meski tanpa ada sahutan, 'cakeep...' dari peserta sidang.
(Abdul Kohar, melaporkan dari Samarkand, Uzbekistan/I-1)


















































