
PEMERINTAH Gaza telah memperingatkan akan bencana kelaparan di Gaza akibat penutupan perbatasan oleh Israel terhadap bantuan kemanusiaan dan medis.
Dikutip dari TRT World, dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (15/3) waktu setempat, kantor media pemerintah menyebutkan bahwa penutupan yang dilakukan oleh tentara Israel itu telah memasuki hari ke 13 dan mengakibatkan bantuan tak bisa bisa ke wilayah itu.
"Konsekuensi dari kejahatan ini terhadap situasi kemanusiaan sudah jelas, dengan indikator kelaparan dan kerawanan pangan yang tidak diragukan lagi," tulis keterangan tersebut dikutip dari TRT World.
Pemerintah melaporkan sekitar 80 persen warga Palestina telah kehilangan akses terhadap makanan, dengan dapur umum yang menghentikan operasinya dan penangguhan distribusi bantuan dari organisasi-organisasi kemanusiaan karena kurangnya makanan dan pasokan dasar di pasar.
Selain itu, pemerintah Gaza mengkonfirmasi bahwa "sekitar 25 persen toko roti di wilayah tersebut telah berhenti beroperasi, sehingga mempengaruhi pasokan roti untuk warga."
Pemerintah Gaza memperingatkan bahwa lebih banyak lagi toko roti yang akan berhenti berproduksi karena kekurangan bahan bakar.
Laporan tersebut menyoroti bahwa 90 persen penduduk Gaza tidak lagi memiliki akses terhadap air, karena kekurangan air minum yang disebabkan oleh penahanan bahan bakar dari sumur-sumur yang beroperasi dan stasiun desalinasi.
Pemerintah Gaza menambahkan bahwa penutupan penyeberangan juga telah "memperparah penderitaan 150.000 pasien kronis dan orang-orang yang terluka yang tidak lagi dapat mengakses obat-obatan atau pasokan medis yang penting."
Kantor media pemerintah mengindikasikan bahwa pembersihan jalan dan pemindahan puing-puing dan limbah di sebagian besar kota telah terhenti, karena pihak berwenang menggunakan bahan bakar yang tersedia untuk mengoperasikan sumur-sumur air, dan memperingatkan akan adanya dampak lingkungan dan kesehatan yang dahsyat seiring dengan meningkatnya suhu.
Pembangunan kamp-kamp pengungsi baru juga tertunda karena kekurangan bahan bakar, dan pasokan tenda-tenda untuk keluarga-keluarga yang mengungsi juga terpengaruh secara signifikan, tambahnya.
Selain itu, warga Palestina telah kembali menggunakan kayu bakar sebagai pengganti gas untuk memasak, sebuah praktik yang memiliki konsekuensi kesehatan dan lingkungan yang parah, yang berkontribusi terhadap peningkatan penyakit pernapasan, menurut pernyataan tersebut.
Pemerintah Gaza menyatakan bahwa "Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas memburuknya kondisi kemanusiaan di Gaza."
Pemerintah Gaza menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam serta masyarakat internasional untuk "mengambil tindakan untuk mematahkan pengepungan Gaza, mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan, dan meminta pertanggungjawaban penjahat perang Israel."
Lebih dari 48.500 orang telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dalam perang brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Serangan tersebut dihentikan di bawah gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan, yang mulai berlaku pada bulan Januari.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. (Ndf/M-3)