KETUA Umum Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) KH Said Aqil Siroj menilai kemajuan peradaban Tiongkok dan kepemimpinannya di berbagai bidang telah menjadikan negeri itu sebagai episentrum baru peradaban global. Ia menegaskan, umat muslim di Tiongkok kini memiliki peran strategis sebagai jembatan penghubung antarperadaban dunia.
Dalam keterangan persnya di sela kunjungan ke Tiongkok, 3–7 November 2025, Said Aqil menyebut Tiongkok tidak hanya menjadi pemimpin (leader), tetapi juga telah menjadi trend setter dan pusat peradaban modern dunia.
“Tiongkok telah berhasil mengubah gaya hidup dunia. Daya tahan dan daya saing mereka sebagai negara sosialis modern benar-benar teruji di tengah kompetisi global,” ujar Said Aqil.
Ia mengungkapkan, sistem sosial, budaya, pemerintahan, bisnis, lingkungan hidup hingga kemajuan teknologi di Tiongkok berjalan kokoh dan tangguh menghadapi berbagai gejolak global.
HORMATI KERAGAMAN
Menurut mantan Ketua Umum PBNU periode 2010–2021 itu, eksistensi multireligi di Tiongkok sudah melebur dalam satu tarikan napas sejarah, budaya, dan tata nilai kehidupan masyarakat. “Meski bukan negara agama, Tiongkok menghormati dan menyediakan ruang tumbuh bagi semua agama, termasuk Islam,” ujarnya.
KH Said Aqil yang juga menjabat Dewan Pengarah BPIP menuturkan, umat beragama di Tiongkok, khususnya umat muslim, memiliki kebebasan dalam menjalankan ibadah mereka sejauh selaras dengan konstitusi negara. Ia bahkan menilai pemerintah Tiongkok memberi perhatian besar terhadap pelestarian masjid-masjid kuno dan makam bersejarah Islam yang masih terawat baik hingga kini.
TEKANAN DI XINJIANG
Terkait isu dugaan tekanan terhadap etnis Uighur, Said Aqil menegaskan bahwa propaganda Barat tersebut tidak sesuai kenyataan di lapangan.
“Fakta membuktikan masyarakat Uighur dan Xinjiang hidup damai, bahagia, dan memiliki sumber kehidupan yang memadai. Indeks kebahagiaan dan harapan hidup mereka cukup tinggi,” tegasnya.
Ia menambahkan, setiap negara berhak menjaga keamanan nasionalnya dari ancaman radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. “Upaya memberantas ekstremisme dan terorisme adalah sah dan dibenarkan. Radikalisme adalah musuh agama dan negara,” tambahnya.
PENGHUBUNG DUNIA ISLAM
KH Said Aqil optimistis, ke depan muslim Tiongkok dapat menjadi penghubung (connecting bridge) bagi peradaban global sekaligus perekat hubungan antar-muslim dunia. “Kehadiran muslim Tiongkok dengan ekosistem halalnya bisa menjadi ujung tombak penetrasi pasar muslim global,” katanya.
Ia juga menilai potensi 'Tiongkok Muslim Culture' dapat menjadi komoditas budaya baru yang menentukan tren muslim global di masa depan.
DIPLOMASI MUSLIM
Sekretaris Jenderal LPOI, Imam Pituduh menambahkan, bahwa kecanggihan teknologi dan semangat juang kaum muda Tiongkok akan menjadi kanal baru persahabatan global berbasis digital.
“Keruntuhan dominasi Barat dan kepemimpinan Asia yang dipimpin Tiongkok akan membuka babak baru sejarah peradaban dunia. BRIC Plus bisa menjadi ruang bersama untuk menata dunia yang lebih damai,” ujarnya.
Sementara itu, Said Aqil menilai relasi Indonesia–Tiongkok yang terhubung secara historis, kultural, dan spiritual dapat menjadi fondasi untuk membangun masa depan bersama. Ia mengusulkan agar kerja sama antarumat muslim kedua negara dikembangkan melalui diplomasi Business to Business (B2B), People to People (P2P), dan Government to Government (G2G) dengan fokus pada misi 'Moslem Silk Road' (Jalur Sutra Muslim).
SPIRIT LAKSAMANA ZHENG HE
Menutup keterangannya, Said Aqil mengusulkan agar Tiongkok menghidupkan kembali 'Spirit Muhibah Laksamana Zheng He' sebagai simbol persahabatan dan kerja sama dunia Islam. “Dari Tiongkok bersama komunitas muslim, untuk peradaban yang lebih baik,” ujarnya.
Delegasi LPOI dalam kunjungan ke Tiongkok kali ini terdiri dari H Yusnar Yusuf Rangkuti, KH Anwar Sanusi, Baharudin Husein, KH Sadzeli Karim, Muhammad Yunus SE, H Faisal Nur Syamsi, H Yance Andrianto, TGH Muslihan Habib, KH Imam Sofwan Yahya, Indera Hidayat, dan Rohmat Faisol. (H-1)


















































