
SEBUAH unit militer elite di Madagaskar mengumumkan telah mengambil alih kekuasaan dari Presiden Andry Rajoelina. Kudeta itu setelah berminggu-minggu aksi protes besar-besaran, yang dipimpin anak muda mengguncang negara pulau di Samudra Hindia itu.
Berdiri di depan Istana Kepresidenan pada Selasa (15/10), Kepala CAPSAT (Corps of Personnel Administration and Technical and Administrative Services), Kolonel Michael Randrianirina, menyatakan militer akan membentuk pemerintahan sementara dan menggelar pemilihan umum dalam dua tahun ke depan. Ia juga mengumumkan penangguhan sejumlah lembaga demokrasi, termasuk komisi pemilihan umum.
“Gerakan ini lahir dari jalanan, jadi kami harus menghormati tuntutan mereka,” kata Randrianirina, merujuk pada demonstrasi besar yang digerakkan generasi muda atau Gen Z.
Ribuan Rayakan Kejatuhan Presiden
Ribuan warga dan tentara terlihat merayakan kejatuhan Rajoelina di ibu kota Antananarivo. Mereka mengibarkan bendera nasional dan menyanyikan lagu-lagu perlawanan.
Ironisnya, CAPSAT merupakan unit militer yang dulu mendukung Rajoelina saat ia naik ke tampuk kekuasaan pada 2009. Kini berbalik arah dengan bergabung bersama massa demonstran pada akhir pekan lalu.
Rajoelina Tetap Sah
Meski demikian, kantor kepresidenan menyebut tindakan militer itu sebagai “upaya kudeta”, menegaskan bahwa Rajoelina masih menjabat secara sah. Namun, Mahkamah Konstitusi Madagaskar justru menetapkan Kolonel Randrianirina sebagai pemimpin baru.
Lokasi keberadaan Rajoelina tidak diketahui pasti. Dalam pernyataan sebelumnya, ia mengaku berlindung di “tempat aman” setelah adanya dugaan upaya pembunuhan terhadap dirinya oleh “oknum militer dan politisi”. CAPSAT membantah tuduhan tersebut. Beberapa laporan tak terkonfirmasi menyebut Rajoelina telah diterbangkan keluar negeri menggunakan pesawat militer Prancis.
Akar Krisis dari Protes Anak Muda
Gelombang protes bermula lebih dari dua minggu lalu, dipicu oleh krisis listrik dan air yang parah di seluruh negeri. Aksi itu kemudian berkembang menjadi gerakan anti-pemerintah, menyoroti pengangguran tinggi, korupsi, dan krisis biaya hidup.
Bentrok antara pengunjuk rasa dan aparat menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya, menurut data PBB. Namun pemerintah menolak angka tersebut dan menyebutnya “berdasarkan rumor dan disinformasi.”
Rajoelina, mantan DJ yang pernah dipuji sebagai simbol perubahan, kini menghadapi gelombang penolakan luas, termasuk dari partainya sendiri. Pada Selasa, parlemen memakzulkannya dengan 130 suara setuju dan satu abstain, meski Rajoelina menyebut hasil itu “batal demi hukum.”
Kecaman Internasional
Uni Afrika memperingatkan agar militer tidak “ikut campur” dalam politik dan menolak setiap bentuk perubahan kekuasaan yang inkonstitusional. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut situasi di Madagaskar “sangat mengkhawatirkan.”
Madagaskar, salah satu negara termiskin di dunia dengan 75% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, kini kembali terjerumus dalam ketidakstabilan politik yang berkepanjangan. (BBc/Z-2)