Ilustrasi(MI/Ramdani )
MIKROPLASTIK kini tidak hanya ditemukan di laut atau makanan, tetapi juga di air hujan. Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa partikel plastik berukuran sangat kecil itu telah terbawa angin dan turun bersama air hujan di wilayah Jakarta.
Mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter hingga satu mikrometer. Karena ukurannya sangat kecil dan sulit terurai, partikel ini dapat bertahan lama di lingkungan serta berpindah dari udara ke tanah hingga ke air.
Secara umum, mikroplastik terbagi menjadi dua jenis. Pertama, mikroplastik primer, yakni partikel yang sejak awal berukuran kecil seperti microbeads dalam produk kosmetik dan pembersih. Kedua, mikroplastik sekunder, yang berasal dari pecahan plastik berukuran besar seperti kantong plastik, botol minum, atau jaring nelayan.
Temuan BRIN ini menunjukkan bahwa mikroplastik sudah menjadi bagian dari siklus lingkungan. Plastik yang hancur di darat atau laut bisa terangkat angin, terbawa ke atmosfer, lalu turun kembali bersama hujan.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Aji Muhawarman, menegaskan bahwa keberadaan mikroplastik di air hujan tidak berarti air hujan langsung berbahaya bagi kesehatan.
“Fenomena ini perlu diwaspadai, bukan ditakuti. Ini sinyal bahwa partikel plastik sudah tersebar sangat luas di sekitar kita,” kata Aji dalam keterangannya, Kamis (30/10).
Menurut berbagai penelitian, manusia dapat terpapar mikroplastik melalui dua jalur utama, yaitu melalui makanan dan minuman seperti garam, seafood, dan air minum dalam kemasan, serta melalui udara karena serat sintetis dari pakaian atau debu perkotaan dapat terhirup.
Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan mikroplastik jangka panjang dalam jumlah besar dapat berpotensi memicu peradangan jaringan tubuh. Selain itu, bahan kimia seperti bisphenol A (BPA) dan phthalates yang menempel di mikroplastik juga dapat mengganggu sistem hormon, reproduksi, dan perkembangan janin.
Meski demikian, para ahli menegaskan bahwa hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat yang menunjukkan mikroplastik secara langsung menyebabkan penyakit tertentu. Tingkat paparannya pada populasi umum masih tergolong rendah dan terus menjadi fokus penelitian lanjutan.
Sebagai langkah pencegahan, Aji mengimbau masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menjaga kebersihan rumah, serta tidak membakar sampah plastik.
“Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara kering atau setelah hujan. Ini bukan karena air hujannya, tapi untuk mengurangi paparan debu dan polusi yang mungkin mengandung mikroplastik,” tambahnya.
Masyarakat juga disarankan membawa botol minum isi ulang, menggunakan tas belanja nonplastik, serta ikut memilah sampah. Langkah-langkah sederhana tersebut dinilai penting untuk menekan jumlah plastik di lingkungan dan mencegah terbentuknya lebih banyak mikroplastik di masa depan. (Fik/I-1)


















































