
FILM Jangan Panggil Mama Kafir tayang di bioskop mulai hari ini, Kamis (16/10). Aktris Michelle Ziudith memerankan karakter Maria di film Jangan Panggil Mama Kafir. Michelle merasa mendapatkan pengalaman perjalanan batin yang dalam ketika memerankan karakter Maria.
Michelle menggambarkan karakter Maria sebagai refleksi tentang cinta seorang ibu yang melampaui batas keyakinan.
“Buatku, ini adalah bentuk kasih sayang di tahapan yang lain. Cinta seorang ibu tidak mengenal keadaan atau batas ia merangkul banyak rasa sekaligus,” demikian keterangan dari Michelle yang diterima Media Indonesia, Kamis (16/10).
Ia juga menuturkan bahwa peran ini membuatnya kembali mengenang hubungan pribadinya dengan sang ibu.
“Banyak hal yang dilakukan seorang ibu untuk anaknya yang tidak terlihat mata. Ada pengorbanan sunyi yang kadang luput dari perhatian, tapi di sanalah cinta yang sesungguhnya bekerja,” ujar Michelle.
Sementara itu, Giorgino Abraham, yang memerankan karakter Fafat di film Jangan Panggil Mama Kafir, menilai film ini bukan sekadar drama keluarga, melainkan ruang refleksi bagi penonton untuk belajar menghargai perbedaan.
“Iman itu harus kita miliki dan kita pegang utuh, namun rasa cinta juga harus dilihat dari sisi logika, tidak hanya dengan rasa. Kita harus belajar menghargai keputusan orang lain untuk memeluk agama yang mereka imani,” jelasnya.
Giorgino juga mengatakan film Jangan Panggil Mama Kafir mengingatkan bahwa cinta dan toleransi tidak seharusnya saling bertentangan, melainkan saling melengkapi.
Film Jangan Panggil Mama Kafir merupakan persembahan dari rumah produksi Maxima Pictures bekerjasama dengan Rocket Studio Entertainment.
Film ini merupakan film ke-60 produksi Maxima Pictures dan menjadi bagian dari perayaan ulang tahun ke-21 rumah produksi tersebut di industri perfilman Indonesia.
Film yang digarap oleh sutradara Dyan Sunu Prastowo ini menuturkan kisah tentang cinta, janji, perbedaan iman, hingga konsekuensi dari sebuah keputusan besar dalam hidup.
Sinopsis
Film ini menceritakan tentang Fafat, putra seorang Ustadzah, yang jatuh cinta pada Maria seorang non-Muslim. Meski banyak halangan dan penolakan, keduanya tetap memperjuangkan hubungan mereka hingga akhirnya menikah dan dikaruniai seorang putri bernama Laila.
Di tengah perjalanan, takdir berkata lain Fafat meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sebelum pergi, ia meminta Maria membesarkan Laila sesuai ajaran Islam. Sejak saat itu, Maria berjuang menepati janjinya untuk merawat dan mendidik Laila.
Ia mendidik dengan penuh kasih, belajar memahami nilai-nilai islam, serta menghadapi pandangan sekitar dengan kepala tegak.
Perjalanan hati seorang ibu inilah yang menjadi inti dari film Jangan Panggil Mama Kafir yang dibintangi oleh Michelle Ziudith (Maria), Giorgino Abraham (Fafat), Elma Theana (Umi Habibah), dan memperkenalkan Humaira Jahra sebagai Laila.
Yoen K selaku produser dari Maxima Pictures menegaskan bahwa film ini bukanlah film religi, melainkan film keluarga yang berakar pada nilai kemanusiaan. Ia mengungkapkan bahwa kisah ini terinspirasi dari peristiwa nyata yang banyak ditemukan di masyarakat Indonesia.
“Film ini terinspirasi dari kisah nyata, yang ternyata banyak terjadi juga di kehidupan masyarakat kita yang majemuk. Film ini tidak mencoba menjadi sebuah film religi, tapi sebuah film keluarga menceritakan hubungan ibu dan anak yang penuh toleransi” ungkapnya. (Z-1)