Pementasan Pasien No. 1 di Teater Besar TIM(Dok. Indonesia Kita)
Indonesia Kita kembali menghadirkan pementasan yang menggugah dalam produksi ke-44 mereka, "Pasien No. 1". Pertunjukan ini, yang akan digelar pada Jumat, 31 Oktober 2025, dan Sabtu, 1 November 2025, di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, mengajak penonton untuk merenungkan kondisi sosial dan hukum yang sedang dihadapi Indonesia saat ini, serupa dengan situasi yang terjadi di sebuah rumah sakit.
Dalam pementasan ini, setiap "pasien" datang dengan harapan menjadi yang utama, diutamakan dalam pelayanan, dengan beragam masalah dan kebutuhan yang mendesak untuk segera ditangani.
Cerita "Pasien No. 1" menggambarkan kemerosotan etika dan moralitas dalam sistem pelayanan rumah sakit. Di sini, perawatan tidak lagi dilandasi pada kebutuhan medis, melainkan pada suap yang diberikan pasien kepada pengelola rumah sakit.
Dengan kedatangan lebih banyak pasien, rumah sakit berpotensi mendulang keuntungan yang lebih besar. Narasi ini menjadi cermin dari kondisi hukum di Indonesia, mengajak penonton untuk lebih peka dan berempati terhadap penegakan hukum yang sering kali terabaikan.
Pertunjukan ini diangkat berdasarkan naskah karya Agus Noor, yang juga bertindak sebagai sutradara. Sejumlah aktor dan aktris panggung yang sudah tidak asing lagi dalam pementasan Indonesia Kita, seperti Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Susilo Nugroho, dan Inaya Wahid, akan kembali hadir dalam produksi ini.
Secara khusus, pementasan ini dipersembahkan untuk mengenang jasa dan integritas Jenderal Hoegeng Iman Santosa, mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang terkenal dengan keteguhannya dalam menegakkan hukum dan kejujuran.
Karya ini lahir dari berbagai peristiwa sosial-politik yang terjadi sepanjang tahun 2025, termasuk sejumlah aksi massa yang memuncak pada akhir Agustus. Butet Kartaredjasa dan Agus Noor merasa penting untuk menampilkan sosok Jenderal Hoegeng sebagai figur inspiratif dalam pertunjukan ini.
Sosok Hoegeng, yang dikenal tidak hanya sebagai penegak hukum yang tegas, tetapi juga sebagai pribadi yang menjaga integritas, menjadi contoh penting dalam mengingatkan para penegak hukum agar menjalankan tugas mereka sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia sejak Reformasi 1998.
Butet Kartaredjasa menyampaikan bahwa ia merasa perlu untuk mendatangi istri Jenderal Hoegeng, Meriyati Hoegeng, di kediamannya di Depok, Jawa Barat, pada September 2025.
Ia meminta restu dan berkah dari Ibu Hoegeng untuk mementaskan lakon ini yang terinspirasi oleh kejujuran dan keberanian Pak Hoegeng dalam menegakkan kebenaran, bahkan ketika harus menentang perintah atasan yang dianggap bertentangan dengan prinsip kebenaran.
Sebagai penulis dan sutradara, Agus Noor berharap pertunjukan ini dapat dinikmati dan dipahami oleh penonton sebagai sebuah refleksi keteladanan hidup Jenderal Hoegeng, yang dengan konsisten menjaga kebenaran dan integritas dalam menjalankan tugasnya.
"Ini bukan sekadar kisah biografi atau pemujaan, tetapi sebuah inspirasi tentang keteladanan yang kini semakin sulit ditemukan," ujar Agus Noor. Gaya pentas yang jenaka khas Indonesia Kita juga akan membuat pesan moral dalam pertunjukan ini lebih mudah diserap.
Untuk memastikan pesan yang ingin disampaikan melalui "Pasien No. 1" sampai kepada para penegak hukum, Butet Kartaredjasa berencana mengundang jajaran aparat kepolisian, termasuk Kapolri dan anggota kepolisian dari berbagai tingkat kepangkatan.
"Saya berharap pertunjukan ini bisa ditonton oleh Kapolri dan polisi-polisi yang masih aktif bertugas, agar mereka dapat mengambil hikmah dari keteladanan yang ditampilkan dalam pertunjukan ini," pungkas Butet.
Dengan semangat untuk merawat dan menyembuhkan kondisi hukum di Indonesia, pementasan "Pasien No. 1" diharapkan menjadi sarana refleksi dan pembelajaran bagi para penonton, serta sebuah panggilan untuk memperkuat integritas dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam penegakan hukum. (RO/Z-10)


















































