
MENTERI Agama (Menag), Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa pesantren memiliki peran fundamental dalam membangun peradaban bangsa Indonesia. Ia menyebut, wajah Indonesia yang santun dan berakhlak tidak lepas dari peran pesantren sebagai pusat spiritualitas, ilmu, dan keadaban.
"Pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi jantung peradaban bangsa. Dari pesantren lahir generasi yang tidak hanya cerdas pikirannya, tetapi juga bersih hatinya," kata Menag dalam keterangannya, Selasa (21/10).
Menag menjelaskan, pesantren adalah lembaga yang mengajarkan ilmu yang bersumber dari Allah, bukan sekadar dari guru.
"Guru hanya perantara. Ilmu itu bukan milik manusia, tetapi milik Allah yang dititipkan kepada mereka yang menjaga kebersihan hati," ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa keberkahan ilmu tidak hanya diukur dari kecerdasan, tetapi dari akhlak dan penghormatan santri kepada guru.
"Ilmu tidak akan masuk ke hati yang kotor. Hormat kepada guru adalah kunci keberkahan pengetahuan," tegasnya.
Dalam penjelasannya, Menag mengaitkan tradisi pesantren dengan kisah Nabi Musa dan Khidir dalam Surah Al-Kahfi. Ia menyebut bahwa pertemuan keduanya menggambarkan pertemuan antara dua sumber ilmu, yaitu nalar dan intuisi.
"Di Barat, ilmu berkembang dari logika. Di Timur, ilmu tumbuh dari rasa. Pesantren adalah sintesis keduanya, tempat di mana akal dan spiritualitas berjalan seimbang," jelasnya.
Menurut Menag, keunggulan pesantren terletak pada kemampuannya menjaga keseimbangan antara rasionalitas modern dan nilai-nilai ilahiah. Karena itu, pesantren menjadi benteng moral di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi. (H-3)