Mazhab Purbaya Dinilai Dorong Transformasi Ekonomi RI

6 hours ago 1

GURU Besar Ilmu Ekonomi Moneter Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty berpandangan, mazhab ekonomi yang digagas Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mendorong terjadinya transformasi ekonomi di Indonesia.

Berbagai terobosan yang ditawarkan menkeu dinilai akan memperkuat fondasi dan arah kebijakan ekonomi nasional. Salah satu gagasan yang menonjol adalah langkah Purbaya dengan memindahkan dana sebesar Rp200 triliun ke Himbara guna memperkuat likuiditas dan memperluas penyaluran kredit ke sektor riil.

"Saya melihat, beliau (Purbaya) sekarang banyak melakukan terobosan-terobosan kebijakan," ujarnya kepada Media Indonesia, Jumat (17/10).

Menurutnya, keberhasilan pembangunan memerlukan panglima yang kuat, disertai visi pembangunan dan rancangan teknokratis yang jelas. Utamanya, mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengatasi berbagai hambatan (bottleneck), mempercepat realisasi program, dan memperkuat ekosistem ekonomi nasional.

"Peran beliau (Purbaya) menjadi salah satu elemen kunci yang membantu sektor keuangan dalam mendukung jalannya pemerintahan," tegas Teliza.

Menurut Telisa, keberhasilan suatu negara juga ditentukan oleh arah pembangunan yang telah dirancang. Indonesia memiliki pedoman pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), serta Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Seluruh dokumen tersebut dikatakan mengarah pada pencapaian visi Indonesia Emas 2045, yakni membawa Indonesia keluar dari jebakan kelas menengah (middle income trap) dengan target pertumbuhan ekonomi 6%-8% per tahun Untuk mencapai hal itu, kata Telisa, diperlukan transformasi sumber daya manusia (SDM), realisasi pembangunan yang konsisten, serta ketahanan energi dan pangan.

"Semua faktor tersebut menjadi fondasi penting agar arah pembangunan berjalan sesuai rencana," katanya.

Telisa kemudian menegaskan keberhasilan pembangunan tidak hanya ditentukan oleh pemimpin, tetapi juga oleh seluruh elemen masyarakat yang dipimpinnya. Di sinilah pentingnya sinergi pentahelix, yaitu kolaborasi antara pembuat kebijakan (pemerintah), dunia usaha, media, akademisi, dan masyarakat.

"Mazhab pembangunan tidak boleh hanya berasal dari satu pihak. Seluruh pihak harus saling bersinergi dan berperan aktif sesuai kapasitasnya," bilangnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, nasib ekonomi Indonesia ke depan bakal bergantung dengan mazhab Menkeu Purbaya. Luhut menyebut, meski di lapangan masih terdapat sejumlah kekurangan, secara umum perekonomian Indonesia berada pada jalur yang positif.

“Kalau kita lihat datanya, inflasi masih terkendali dan pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 5,2%. Ke depan, pertumbuhan ini tergantung dengan mazhab Menteri Keuangan," ucapnya dalam 1 Tahun Pemerintahan ujar Luhut dalam acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Optimism on 8% Economic Growth yang digelar oleh Metro TV di Jakarta, Kamis (16/10).

Luhut menyebut sistem keuangan Indonesia masih memiliki kelemahan mendasar. Ia menyoroti praktik di mana dana dari APBN masuk ke pasar namun kemudian kembali terserap oleh bank sentral, sehingga jumlah uang beredar (M0) tetap rendah. Luhut pun memuji langkah Purbaya yang memindahkan dana Rp200 triliun ke Himbara untuk menggerakkan sektor riil.

“Sekarang saya llihat Menteri Keuangan yang baru, dia mendorong betul mazhab dia ini yang mengguyur market Rp200 triliun di perbankan, dan itu langkah yang sangat bagus,” tutur Luhut.

Menurutnya, kebijakan tersebut akan menunjukkan hasil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meskipun dampaknya tidak bisa langsung dirasakan.

"Kita ini kadang seperti makan cabai, begitu digigit langsung pedas. Padahal butuh waktu. Injeksi Rp200 triliun ini sudah akan mulai terlihat hasilnya, tapi perlu proses,” ungkapnya. (E-4)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |