Warga mengarak boneka semar dalam ritual Ruwat Bumi di Dusun Panjalin, Subang, Jawa Barat.(MI/ Reza Sunarya)
TRADISI Ruwat Bumi kembali digelar di Dusun Panjalin, Desa Dukuh, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jawa Barat). Ritual adat ini dijalankan warga desa untuk mengungkapkan rasa syukur atas limpahan hasil bumi dan keselamatan.
Prosesi Ruwat Bumi dimulai sejak pagi hari. Warga desa berjalan kaki dan bergotong royong mengarak hasil bumi yang ditata menjadi gunungan atau dan dongdang. Selain itu, warga juga mengarak boneka semar berukuran besar.
Ali Sham, salah seorang tokoh Dusun Panjalin mengungkapkan bahwa ruwat dalam bahasa Sunda bermakna mengumpulkan atau kumpulan. Sebab itu pula warga bersama-sama mengumpulkan atau menyumbangkan hasil bumi yang digunakan dalam arak-arakan.
Ritual ngaruwat bumi juga untuk menyampaikan pengharapan setahun ke depan. "Ngaruwat bumi ungkapan syukur atas hasil yang diperoleh dari bumi. Pengharapan setahun kedepan, serta penghormatan kepada leluhur," katanya.
“Tradisi ini menjadi pengingat bahwa kekuatan desa tidak hanya terletak pada sumber daya alamnya, tetapi juga pada semangat gotong royong dan kesadaran untuk menjaga warisan budaya bersama,” tambahnya.
Sesaat setelah kirab, gunungan langsung diserbu warga yang berebut sayur dan buah-buahan, salah satunya Rumi, 35. "Alhamdulillah ini dapat sayuran ada tiga macam, ada pare, terong sama buah buah, semoga dapat berkah nanti dimakan bersama keluarga," kata Rumi.
Dalam rangkaian prosesi Ruwat Bumi, ditampilkan pula seni tradisional pantun kecapi. Acara ditutup dengan gelaran wayang golek dari Giri Harga 3 Bandung. (M-1)


















































