Masyarakat Indonesia Perlu Meningkatkan Literasi Penanganan Anak dengan Autisme

3 weeks ago 16
Masyarakat Indonesia Perlu Meningkatkan Literasi Penanganan Anak dengan Autisme Ilustrasi anak dengan autisme.(Dok. Freepik)

DIREKTUR Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Imran Pambudi mengatakan masyarakat Indonesia perlu meningkatkan literasi dalam penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK), termasuk anak dengan autisme.

Diketahui autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD), adalah gangguan neurodevelopmental yang memengaruhi jutaan individu di seluruh dunia.

"Rendahnya literasi kesehatan di Indonesia menjadi salah satu isu aktual yang memperumit penanganan autisme. Literasi kesehatan, yang mencakup kemampuan masyarakat untuk memperoleh, memahami, dan menggunakan informasi kesehatan secara efektif, masih tergolong rendah," kata Imran, Sabtu (29/3).

Menurut survei tahun 2022, hanya 38% penduduk Indonesia yang memiliki literasi kesehatan di atas rata-rata. Hal ini berdampak langsung pada kemampuan keluarga dan masyarakat untuk memahami autisme, mengenali gejalanya, serta mencari layanan yang sesuai.

Berdasarkan data dari CDC, prevalensi global autisme adalah sekitar 1 dari 36 anak. Sementara dari WHO sendiri rata-rata seluruh dunia diperkirakan terdapat 1 dari 100 anak merupakan penyandang autis Di Indonesia, jumlah anak dengan autisme terus meningkat, dengan sekitar 2,4 juta anak dilaporkan mengalami gangguan spektrum autisme pada tahun 2024.

Sementara itu, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, diperkirakan sebanyak 2 dari 1.000 penduduk Indonesia merupakan penyandang autis, walaupun demikian berbagai penelitian menunjukan angka yang beragam.

"Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan kesadaran diagnosis dan faktor lingkungan," ujarnya.

Hari Autisme Sedunia diperingati setiap tanggal 2 April. Untuk tahun 2025, tema yang diusung adalah Advancing Neurodiversity and the UN Sustainable Development Goals (SDGs).

"Tema ini menyoroti pentingnya neurodiversitas dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, dengan fokus pada kebijakan inklusif yang mendorong aksesibilitas, kesetaraan, dan inovasi di berbagai sektor," pungkasnya. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |