
DUNIA berkabung atas wafatnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun, Senin (21/4). Vatikan mengumumkan bahwa pada pukul 07.35 waktu setempat pada hari Senin Paskah, sang pemimpin Gereja Katolik Roma telah berpulang ke rumah Bapa di kediamannya, Casa Santa Marta.
Fransiskus adalah paus Amerika Latin pertama dalam sejarah Gereja Katolik dunia.
Pemilihan paus baru setelah kematian seorang paus, Vatikan memasuki masa transisi yang disebut sede vacante atau interregnum, di mana kekuasaan diserahkan kepada Dewan Kardinal, tetapi tidak ada keputusan besar yang dibuat hingga kepausan diisi.
Pemilihan paus baru, yang disebut sebagai konklaf, adalah proses demokrasi paling rahasia di dunia. Kata 'konklaf'--dari bahasa Latin 'cum clave', atau ‘dengan kunci’--secara jelas menggambarkan sifat rahasia tersebut.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan proses pemilihan paus yang berlangsung secara tertutup dan rahasia.
Sekitar 15-20 hari setelah kematian paus, para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun berkumpul di Kapel Sistina di Kota Vatikan. Terdapat lebih dari 250 kardinal dari lebih dari 90 negara, tetapi hanya sekitar 135 yang merupakan kardinal elektor (mereka yang berusia di atas 80 tahun tidak termasuk). Sekitar 110 kardinal elektor telah dipilih oleh Fransiskus dalam 10 tahun terakhir dan sebagian besar mencerminkan visinya tentang gereja yang lebih inklusif.
Para kardinal dikurung atau dikunci di bangunan batu persegi-empat yang tinggi itu, agar dapat berdiskusi dan memilih secara bebas, tanpa campur tangan dari luar. Proses pemungutan suara berlangsung rahasia.
Selama proses demokrasi paling rahasia ini, tidak akan ada wawancara, debat TV, atau kampanye. Para kardinal juga harus menghindari surat kabar, radio, televisi, dan internet.
Pemungutan suara berlangsung hingga empat putaran sehari hingga seorang kandidat memenangi dua pertiga suara. Jika tidak ada keputusan yang dicapai setelah 33 putaran pemungutan suara, dua kandidat teratas akan berhadapan dalam pemungutan suara putaran kedua.
Surat suara dibakar, dan untuk setiap suara yang tidak berhasil, asap hitam keluar dari Kapel Sistina. Setelah paus berikutnya berhasil dipilih, asap putih keluar dari kapel, dan umat Katolik dunia pun menyambut pemimpin baru mereka. (The Guardian/Al-Jazeera/B-3)