Lewotobi Laki-laki Erupsi Hingga Dini Hari, Bandara Frans Seda Ditutup

1 week ago 12
Lewotobi Laki-laki Erupsi Hingga Dini Hari, Bandara Frans Seda Ditutup Kolom abu keluar dari kawah saat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki terlihat dari Kabupaten Flores Timur, NTT, Senin (18/8/2025)(ANTARA FOTO/Gregorio J Gilbert/app/YU)

BANDARA Frans Seda di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara kembali ditutup untuk sementara menyusul erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang berada di Kabupaten Flores Timur. Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Kepala Bandara Frans Seda Maumere Partahian Panjaitan bahwa penerbangan ke Maumere ditutup. 

“Operasi penerbangan ditutup sementara hingga Jumat 10 Oktober 2025, ” kata Partahian pada Media Indonesia, Kamis (9/10).

Menurut laporan resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gunung api Lewotobi Laki-laki meletus pada Rabu, 08 Oktober pada pukul 20.53 WITA dengan ketinggian kolom abu mencapai 5000 meter di atas permukaan kawah atau 6.584 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke rah barat daya dan barat. Erupsi terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 47.3 milimeter dengan durasi 1 menit 16 detik. Letusan disertai dentuman keras terdengar hingga ke Kabupaten Sikka.

Pada pukul 22.14 Wita, Gunung Lewotobi Laki-laki kembali erupsi atau meletus dengan ketinggian abu mencapai 3000 meter di atas puncak atau setara 4.584 meter di atas permukaan laut. Menyusul pada pukul 23.48  Wita, erupsi dengan ketinggian abu  mencapai 2000 meter di atas puncak atau 3.584 meter di atas permukaan laut.

“Pada Kamis, 9 Oktober pukul 06.07 Wita erupsi terjadi dengan tinggi kolom abu mencapai 1500 meter atau 3.084 di atas permukaan laut. Kendati demikian, saat ini gunung Lewotobi tetap berada pada Level III atau Siaga,” tulis PVMBG.

Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi dan mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung.

Sementara itu masyarakat lima desa di wilayah Kecamatan Talibura hingga kini masih merasakan krisis air pasca erupsi eksplosif yang terjadi pada Juli lalu.

“Daerah kami memang mengalami krisis air sejak dulu. Sekarang karena erupsi lewotobi Laki-laki semakin masif, kondisi kami semakin parah,” kata Theresia Praxedis, warga Desa Kringa.

“Kami sering ambil air di kali. Meskipun terkontaminasi dengan material vulkanik, kami tetap pakai untuk kebutuhan kami sehari-hari. Kami tetap berharap bantuan pemerintah, bukan hanya soal minuman tetapi juga makanan karena kami mengalami gagal panen,” ujar Praxedis. (H-4)
 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |