Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat.(Dok. Antara)
WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan bukan hanya tentang menduduki posisi strategis, tetapi tentang perjuangan nilai, empati, dan ketangguhan yang harus hadir di setiap aspek kehidupan berbangsa.
“Kepemimpinan perempuan bukanlah hanya tentang menduduki posisi tertinggi, tetapi tentang perjuangan nilai, kenyamanan, perspektif, empati, dan ketangguhan yang kita bawa ke dalam setiap sektor penyelenggaraan negara dan kehidupan,” ujar Lestari dalam Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (22/10).
Ia menilai, kepemimpinan perempuan adalah katalis untuk membangun tata kelola yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan. Perempuan, kata dia, memiliki peran penting dalam berbagai ruang — dari lembaga pemerintahan hingga lingkungan terkecil seperti keluarga dan masyarakat.
Lestari juga mengingatkan sejarah lahirnya Kowani pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta, saat 30 organisasi perempuan dari berbagai daerah bersatu memperjuangkan kesetaraan gender dan upah yang adil, jauh sebelum Indonesia merdeka.
“Perempuan-perempuan hebat itu sudah berkumpul untuk menyerukan kesetaraan gender di masa penjajahan. Sekarang, di masa merdeka, kita harus menanyakan apa yang bisa kita persembahkan bagi perempuan Indonesia,” ucapnya.
Lestari menyoroti masih banyaknya persoalan perempuan, seperti kekerasan, perdagangan manusia, dan keterlibatan dalam kasus hukum akibat keterbatasan ekonomi.
Untuk itu, ia mengajak seluruh anggota Kowani berkolaborasi menghadirkan seribu profesi untuk seribu organisasi sebagai upaya membuka lapangan kerja dan memperkuat kemandirian ekonomi perempuan.
“Kowani adalah rumah besar kita untuk menyuarakan kepentingan perempuan. Mari bersama-sama menjadikan perempuan sebagai ibu bangsa yang meneladani, menyejahterakan, dan bebas berkarya,” tutup Lestari. (H-3)


















































