
BERBAGAI inovasi yang dilakukan PT Pertamina (Persero) membuktikan BUMN tersebut terdepan dalam transisi energi dan dekarbonisasi. Demikian disampaikan pakar ekonomi lingkungan IPB Unversity Aceng Hidayat.
"Ini luar biasa. Untuk hal ini (transisi energi dan dekarbonisasi), Pertamina memang leading, bisa menjadi contoh perusahaan lain," kata Aceng, di Jakarta, Kamis (12/6).
Aceng menilai Pertamina berani melakukan berbagai terobosan. Sambil terus menjaga ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan gas bumi bagi masyarakat, kata dia, BUMN energi itu juga terus berinovasi dalam energi baru dan terbarukan.
”Artinya, Pertamina sudah bertransformasi sebagai perusahaan yang berkelanjutan. Tentu ini praktik benar. Apalagi, ranah bisnis BUMN itu cukup rentan, termasuk soal isu lingkungan, terutama emisi,” lanjutnya.
Sebagai strategi bisnis, lanjut Aceng, komitmen Pertamina terhadap lingkungan juga sangat menguntungkan. Sebab ke depan, hanya perusahaan yang concern menjalankan bisnis berkelanjutan atau green business, yang akan memiliki daya saing tinggi. Terlebih, kata dia, jika Pertamina akan bermitra dengan perusahaan-perusahaan global.
Di sisi lain, Aceng juga menilai, berbagai upaya Pertamina itu sangat mendukung ketahanan energi nasional. Termasuk, mendorong swasembada energi seperti dicita-citakan pemerintahan Prabowo Subianto. ”Ini sudah sejalan dengan upaya kemandirian energi. Pertamina bisa menjadi trendsetter dan bahkan sebagai pendorong,” lanjutnya.
Menurut Aceng, di situlah peran Pertamina. Dalam jangka pendek, guna memenuhi kebutuhan masyarakat, Pertamina tetap menggunakan energi fosil. Namun di sisi lain, BUMN ini terus menerapkan green technology untuk mereduksi karbon.
"Untuk jangka panjang, kita harap Pertamina dengan disokong pemerintah, terus komitmen dalam bauran energi. Dengan demikian, tidak hanya menjadi bagian sangat penting dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) yang notabene merupakan upaya kolektif, namun sekaligus terus concern menekan emisi karbon," tutupnya.
INOVASI DEKARBONISASI
Pertamina menerapkan berbagai inovasi untuk dekarbonisasi. Di antaranya adalah pengembangan bio refinery (kilang hijau) yang menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, seperti HVO (hydrotreated vegetable oil) dan Green Gasoline.
Selain itu, Pertamina juga mengimplementasikan teknologi carbon capture storage (CCS)/carbon capture utilization and storage (CCUS) untuk menangkap dan menyimpan emisi CO2.
Pertamina juga mengembangkan dan memasang solar panel pada beberapa lokasi, termasuk di rumah sakit dan terminal, untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) sebagai sub holding PT Pertamina (Persero) juga menandatangani nota kesepahaman dengan MGH (Mobility Green Horizon) Energy untuk pengembangan e-fuels seperti e-metanol dan eSAF.
E methanol biasa digunakan pada industri pelayaran dan industri kimia. Adapun e-SAF atau e-sustainable aviation fuel adalah bahan bakar sintetik untuk pesawat terbang yang diproduksi menggunakan proses elektrolisis dengan sumber listrik energi terbarukan seperti tenaga surya, air, ataupun angin. (Ant/E-2)