Ilustrasi(Antara)
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu, 29 Oktober 2025, dibuka melemah sebesar 5 poin atau 0,03% menjadi Rp16.613 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.608 per dolar AS. Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi sentimen investor yang menunggu hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini.
“Kurangnya sentimen global dan domestik yang kuat juga berkontribusi terhadap terbatasnya pergerakan mata uang,” ujar Josua di Jakarta, Rabu.
Saat ini, fokus pasar disebut tetap tertuju pada pertemuan FOMC mendatang yang dijadwalkan diumumkan malam ini.
Menurut dia, investor telah sepenuhnya memperhitungkan estimasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis points (bps).
Mengutip Anadolu, pasar tenaga kerja AS yang melemah secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir dan inflasi berada di bawah ekspektasi memperkuat potensi Federal Reserve (The Fed) akan terus memangkas suku bunga hingga tahun 2026.
Tercatat, inflasi September AS naik 0,3%, lebih rendah dari perkiraan di sekitar 0,4%. Secara year on year (yoy), inflasi naik menjadi 0,3%, di bawah perkiraan yang sebesar 4,1%.
Begitu pula inflasi inti hanya naik 0,2%, dibandingkan perkiraan 0,3%. Secara yoy, inflasi turun ke 3% dibandingkan perkiraan bertahan di angka 3,1%.
Terkait lapangan kerja non pertanian AS, hanya meningkat 22 ribu pada Agustus 2025, di bawah harapan. Selanjutnya, lapangan kerja di sektor swasta menurun 32 ribu pada September, bertentangan dengan estimasi peningkatan. Adapun tingkat pengangguran naik dari 4,2% menjadi 4,3%.
“Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah hari ini diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp16.550-Rp16.650 per dolar AS,” ungkap Josua.


















































