Kurikulum Cinta ala Kemenag Lahir dari Kegelisahan soal Anomali Pendidikan Agama

1 month ago 15
Kurikulum Cinta ala Kemenag Lahir dari Kegelisahan soal Anomali Pendidikan Agama Menteri Agama Nasaruddin Umar (kanan) berbincang dengan Qariah cilik asal Maluku Utara pemenang MTQ Internasional Izzah Qurrata'ain (kiri)(ANTARA FOTO/Andri Saputra)

DIREKTUR Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam Kementerian Agama Amien Suyitno mengungkapkan konsep kurikulum berbasis cinta (KBC) yang digagas Menteri Agama Nasaruddin Umar. Hal itu dilatarbelakangi kegelisahan menag dengan pendidikan yang dipandang masih terjadi anomali.

"Misalnya anak-anak yang belajar agama tapi masih ada gejala bullying. Anak belajar agama tapi masih blaming, nyalah-nyalahin. Belum bisa menjadikan agama yang lahir sebagai perekat tapi justru seringkali memunculkan masalah," katanya dalam acara Ngopi (Ngobrolin Pendidikan Islam) Bareng Raffi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (19/3).

Kurikulum berbasis cinta, lanjutnya, ingin menghadirkan sebuah solusi agar belajar agama, belajar karakter, bisa melahirkan mereka yang mencintai Tuhan, hablum minalallah. Kemudian mencintai sesama manusia, hablum minannas.

"Bahkan yang tidak kalah pentingnya yang sekarang menjadi perhatian Pak Menteri adalah hablum minal alam, mencintai alam. Problem climate change hari ini tentu dibutuhkan anak-anak madrasah yang keren ini, agar mereka aware, teredukasi, pentingnya menjaga alam. Itu semua terumuskan nanti dalam kurikulum berbasis cinta," papar Amien.

Ia menjelaskan, cinta itu merupakan sifat ruh lahiriah dari manusia. Lahirnya alam, manusia, terjadi karena diciptakan Tuhan dengan konsep cinta.

"Tuhan ketika menyebut Ar-Rahman Ar-Rahim itu tidak pilih kasih, mau yang maksiat, mau yang taat, semuanya dikasih rezeki. Mengapa begitu lahir manusianya menjadi tidak setoleran Tuhan? Tuhan menggunakan kata yang sangat keren di Al-Quran, Bani Adam. Bani Adam itu tidak hanya Muslim ya. Yang kafir saja Tuhan tetap cinta apalagi yang mukmin," paparnya.

Alasan pemilihan konsep cinta, kata Amien, supaya bisa memberikan semacam ilustrasi bahwa manusia harus mencontoh sifat Tuhan yang tidak pilih kasih terhadap siapapun.

Lebih lanjut, metode dan pendekatan kurikulum berbasis cinta akan berbeda dari jenjang madrasah PAUD, RA, MTS, MA, bahkan sampai perguruan tinggi. Ada pendekatan yang sifatnya permainan, interaktif, ada yang juga sifatnya sedikit diskusi.

"Forum yang kita lakukan ini sebenarnya menjadi bagian cara kita melakukan approach bagaimana mereka terbiasa dengan heterogenitas, bagaimana berempati dengan sesama. Ini yang sedang kita rumuskan dari sisi pendekatan dan metodologinya," kata Amien.

"Nanti pada saatnya ini akan kita launching. Ini bagian dari uji publik. Nanti anak-anak bisa memberikan warna juga, apa saja yang sebenarnya terjadi di madrasah-madrasah yang mungkin sebelumnya belum ter-cover di konsep KBC ini," pungkasnya. (Ifa/M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |